Jutaan umat Islam di Indonesia sudah mulai menunaikan ibadah puasa. Namun berbeda dengan bulan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya, kita memasuki bulan Ramadhan di tengah pandemi Korona.
Ketika saya bertanya kepada istri pada saat berbuka puasa di hari pertama Ramadhan, apa yang terlupakan di saat wabah ini tak kunjung usai? Istri menjawab, “bersyukur”. Saya kemudian mengkonfirmasi, apakah yang dimaksud adalah rasa syukur kita terhadap nikmat yang kita miliki saat ini? “Iya, betul sekali”, lanjutnya. Walaupun menu berbuka kami saat itu hanyalah hidangan biasa, tanpa ada kurma ataupun kolak yang biasa kita santap ketika berbuka di Ramadhan sebelumnya, kemudian saya mengamini apa yang dikatakan istri.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa yang kita miliki dan bisa dinikmati saat ini merupakan rezeki yang tak terkira harganya. Sebut saja dengan bisa makan ketika sahur dan berbuka itu merupakan nikmat yang perlu kita syukuri. Beberapa hari yang lalu tersebar berita di media sosial ataupun media daring bahwa seorang warga Kota Serang, Banten bernama Yuli berusia 43 tahun meninggal dunia (20/4/2020) setelah dikabarkan kelaparan dan tak makan selama dua hari.
Yuli adalah seorang ibu rumah tangga dengan empat orang anak dengan suami bernama Kholik. Kejadian ini kemudian geger dan tak lama Kholik membuat surat tertulis menyatakan bahwa istrinya meninggal bukan karena kelaparan. Camat setempat pun mengatakan bahwa kematiannya bukan karena kelaparan, karena bantuan sempat datang menyambangi keluarga Yuli. Dari pemeriksaan sementara dokter diketahui bahwa Yuli meninggal karena serangan jantung dan diduga adanya tekanan psikologis.
Terlepas dari penyebab kematian Yuli, perlu kita sadari bahwa ini adalah salah satu efek dari pandemi. Faktor ekonomi keluarga Yuli menjadi benang merah yang paling kentara. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, Kholik dan Yuli bekerja serabutan mengangkut sampah dan dibayar harian.
Dua hari sebelum meninggal (19/4/20), Yuli sempat mengeluhkan kesulitan ekonomi keluarganya akibat pandemi ini. Yuli mengaku bahwa mereka tak mampu lagi membeli beras. Dia dan suami serta empat orang anaknya, selama dua hari hanya meminum air, untuk menghilangkan rasa lapar.
Bertahan Hidup di Tengah Wabah
Bukan hanya Yuli dan keluarganya, ketika peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan oleh Pemerintah Pusat untuk beberapa daerah, banyak masyarakat yang hidup semakin tersiksa. Banyak dari mereka yang masih melanggar aturan demi bertahan hidup. Kasus Yuli yang tidak bisa bertahan hidup memang harus disikapi dengan sebuah tindakan nyata baik dari Pemerintah maupun masyarakat secara langsung. Imbas dari pandemi Korona ini banyak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Banyak para pedagang yang dilarang berjualan tetapi tetap berjualan. Para pengemudi daring (ojol) dibatasi dalam beroperasi tetapi masih berkeliaran demi mencari penumpang atau pesanan makanan.
Melihat fakta tersebut di atas, Presiden memang kemudian memutuskan untuk memberikan program bantuan dari Pemerintah Pusat seperti Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, kartu Prakerja, pembebasan tarif listrik dan diskon pembayaran listrik. Selain itu beberapa kebijakan tambahan lainnya yaitu bantuan sosial khusus Bahan pokok (Sembako) untuk daerah Jabodetabek, serta Bantuan Sosial Tunai untuk masyarakat di luar Jabodetabek.
PHK yang terjadi di beberapa tempat adalah salah satu cara perusahaan dalam bertahan hidup. Lalu bagaimana cara masyarakat rentan yang terkena dampaknya secara langsung bertahan hidup? Banyak dari mereka yang kemudian pergi ke pegadaian untuk menggadai beberapa barang miliknya demi bertahan hidup di tengah pandemi Corona. Ada yang kemudian menguras isi tabungannya yang tak seberapa untuk bertahan sementara.
Ada juga yang kemudian rela menjual aset yang dimilikinya hanya untuk menyambung hidup. Mereka menjual perhiasan, perabotan rumah, dan harta benda lainnya agar bisa membeli kebutuhan sehari-hari. Ketika isi tabungan sudah habis dan usaha mereka tak kunjung berbuah manis, sebagian dari mereka mulai kritis baik secara fisik maupun psikis.
Masyarakat yang berpenghasilan harian atau masyarakat kelompok rentan sudah seharusnya mendapatkan perhatian lebih. Layaknya amanat Undang-undang Dasar 1945, “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara”.
Olahraga, Olahrasa dan Olahjiwa
Himbauan di rumah saja, Work From Home (WFH), Learn From Home (LFH), Pray From Home (PFH) atau segala akitivitas lainnya yang dilakukan di rumah menyiratkan bahwa kita lebih baik di rumah saja di masa pandemi ini. Lalu apa yang harus disiasati dalam melakukan segala sesuatunya di rumah saja?
Pertama, jangan lupa untuk tetap selalu menjaga kesehatan fisik. Dalam hal menjaga kesehatan, kita harus tetap berolahraga dan menjaga asupan makanan dan vitamin. Bagi para pegawai yang tidak terkena dampak PHK dan masih berpenghasilan, mungkin hanya akan beradaptasi dengan kegiatan sehari-harinya.
Hikmah Ramadhan bagi muslim ketika berpuasa yakni membuat kesehatan jasmani seseorang jadi meningkat dan lebih baik. Ketika seseorang berpuasa maka tidak banyak melakukan aktivitas makan dan minum. Hal ini membantu mengistirahatkan sistem pencernaan dalam tubuh selama beberapa waktu. Selain itu juga memberi kesempatan untuk tubuh kita mengeluarkan semua kotoran dan zat-zat berbahaya yang terdapat di dalamnya.
Kedua, selain menjaga kesehatan fisik jangan lupa untuk tetap merasa bahagia. Dalam rangka menjaga kesehatan psikis, kita tidak boleh stres yang bisa menurunkan imunitas kita. Mengolah jiwa kita agar selalu dalam keadaan baik-baik saja memang sangat sulit untuk menakarnya. Namun yang paling penting adalah tetap berpikiran positif, melakukan hal-hal positif, apalagi di momen Ramadhan ini seorang muslim bisa lebih khusuk beribadah dan menenangkan diri.
Ketiga, hikmah bulan Ramadhan yakni meningkatkan kepekaan perasaan kita terhadap orang-orang di sekitar yang kurang mampu. Pada saat berpuasa seseorang akan merasakan apa yang selama ini dirasakan oleh para fakir dan miskin, yang hidupnya penuh kekurangan. Hal ini membuat kita ikut merasakan penderitaan orang yang kurang beruntung secara ekonomi. Ketika kita menahan lapar dan haus saat puasa, perasaan ini juga yang selalu dirasakan oleh para fakir miskin setiap harinya di luar bulan puasa. Merasakan emosi-emosi seperti ini membuat kita dapat semakin berempati dan bersimpati kepada mereka yang kurang beruntung.
Sedekah di Kala Susah
Di saat pemerintah mengakui penyaluran bantuan sosial kepada kelas menengah rentan cukup sulit maka bantuan keluarga, kerabat atau tetangga terdekat akan menjadi pertolongan pertama bagi masyarakat rentan. Kembali ke kasus Ibu Yuli dari Serang, Banten. Jika saja tetangganya bisa menyisihkan sedikit rezeki di saat mereka juga berjuang bertahan hidup, mungkin kisah Ibu Yuli yang kelaparan hingga dua hari beserta keluarganya tidak akan terdengar.
Memang dalam Islam yang pertama harus diperhatikan dalam bersedekah adalah keluarga sendiri, Imam Nawawi menyatakan bahwa ulama telah sepakat bersedekah kepada sanak famili lebih utama sebelum kepada orang lain. Namun apabila keluarga kita sendiri sudah tercukupi dan bisa bertahan hidup, ada baiknya kita tidak melupakan orang lain. Paling dekat adalah tetangga kita sendiri.
Kita sudah sering mendengar bahwa “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Artinya, kita memang harus mengutamakan untuk bisa memberi daripada hanya menerima bantuan. Kelebihan lain dalam bersedekah selain tanpa sepengetahuan orang lain yaitu ketika kita berada dalam keadaan sempit atau susah. Nabi Muhammad SAW pernah ditanya, sedekah mana yang paling afdal? ”Sedekah dari orang yang serba kekurangan” jawab beliau (Hadits Riwayat Nasai).
Semoga dengan kondisi kita saat ini, kita tak lupa untuk selalu bersyukur dan juga bersedekah. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini harus bisa kita maknai dengan penuh rasa syukur. Semoga pandemi Korona segera berlalu dan hidup kita semakin baik dan menuju ketakwaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H