Mohon tunggu...
Fajar Nurmanto
Fajar Nurmanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Berkendara Itu Urusan Pengemudi, Bukan Plat Mobil Bung

30 Desember 2015   19:40 Diperbarui: 30 Desember 2015   20:14 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan akhir tahun selalu menjadi momen yang menyenangkan bagi keluarga kota metropolitan. Jalanan Jakarta menjadi lengang karena para pendatang memilih berlibur pulang ke kampung halaman. Tak bisa disalahkan, libur seminggu penuh jarak antara natal dan tahun baru memang pas melepas kepenatan.

Bagi warga asli metropolis macam Jakarta  dan Surabaya, sepinya kota ini sungguh kenikmatan. Bersantai diam di rumah sembari gojegan di grup WhatsApp yang berisi teman lama juga adalah pilihan kegiatan yang menyenangkan. Jalan-jalan tak ada macet, tetapi juga tak banyak hiburan yang bisa didapatkan.

Berbeda dengan kota yang sedang berkembang sejenis Yogyakarta. Perkembangan dan pembangunan kota yang sampai pada taraf nggilani bagi warganya sendiri, malah memuakan. Contohnya pembukaan destinasi wisata baru macam pantai, gua bawah tanah, gunung, dan berbagai tempat lainnya. Apalah daya pembukaan tempat untuk menggerakan roda perekonomian lokal ini adalah proses modernisasi yang tak bisa ditepis.

Sumpah serapah sering terdengar di jalan-jalan utama Jogja pada siang dan sore hari. Kala orang Jogja memilih bekerja, para wisatawan dari luar daerah datang untuk berlibur. Kondisi psikologis kedua jenis manusia yang memenuhi jalanan kota Jogja ini jelas beda. Satu berniat senang-senang sepuasnya melepaskan penat, yang satu lagi gampang tersulut amarah pada pendatang. Tak perlu heran kenapa, karena orang Jogja yang katanya berpengarai halus, pasti mudah sensi dengan sifat blak-blakan wisatawan luar daerah.

Tak ada yang suka kalau ketenangannya diusik. Kalimat lama ini memang benar adanya. Warga Jogja merasa mendapat pembenaran dengan adanya kalimat itu ketika amarah melanda. Coba saja anda amati di daerah lalu lintas yang padat, ada berapa kali klakson berbunyi dan orang berteriak karena tak sabar.

Surabaya menurut saya lebih enak warganya. Meski banyak yang bilang perangainya keras, tapi rata-rata orang Surabaya lebih bersahabat. Cuma ya kalau ngomong lebih ceplas-ceplos tanpa filter. Tak apa, paling enggak mereka kejujuran dan keterbukaan adalah nilai penting yang masih Surabaya-ners pegang di dada.

Lain kota lain manusianya. Lain Jogja dan Surabaya, beda juga manusia Jakarta. Sore ini sempat melihat sebuah status di Facebook yang intinya mengancam plat mobil Jakarta jangan ceniningan di Jogja. Ternyata empunya status marah karena mobil plat B menyerempet spion-nya mobil yang sedang ia kendarai. Sekilas nampak sederhana, tetapi tulisan macam ini jelas berbahaya.

Berbahaya karena rentan menganggu emosi orang yang baca. Membaca status tersebut akan memunculkan beberapa jenis respon. Pertama, marah karena merasa warga sesama Jogja diganggu. Kedua, ikut menghujat dan tanpa pikir panjang ikut membagi status tersebut. Ketiga, cuek karena itu bukan masalahnya. Keempat, menjaga ketenangan dan berpikir bahwa ini adalah masalah lalu lintas dan bukan permasalahan asal daerah.

Kalau orang Jogja asli pasti tahu, kebanyakan dari masyarakat Jogja di Facebook akan memilih respon yang mana.

Kalau saya sih lebih memilih menunggu episode baru Gob and Friends dan bersantai sambil bercanda di rumah. Sampai akhir tahun ini, sudah ada delapan episode. Buruan tonton di YouTube, daripada terkena racun angkara murka di Home Facebook!

Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun