Mohon tunggu...
Mr. Nabawi
Mr. Nabawi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penulis kambuhan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Terapi itu Bernama Liverpool FC

16 Februari 2013   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:14 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan adalah bagian penting dari kehidupan, Sebagai fans tim sepak bola, artinya kita peduli dengan kesehatan, walau banyak fans Liverpool tidak bisa main bola, seperti saya contohnya, tapi Liverpool FC menawarkan kesehatan bagi pencintanya, olah raga jantung salah satunya, kecepatan jantung dipacu sangat cepat setiap tim lawan sedang meneror gawang Reina, Buat saya, Gol Aguero ke gawang reina 2 minggu kemarin, adalah terapi kejut yang sangat dahsyat, bayangkan, jantung yang tadinya dag-dig-dug berdetak sangat kencang, tiba-tiba dipaksa berhenti oleh Aguero, seperti mobil yang sedang ngebut, tiba-tiba berhenti mendadak, langsung oleng dan terpelanting, gak karuan, dan banyak lagi, kekalahan demi kekalahan membuat jantung saya kini terlatih dengan baik, kontrolnya pun sudah bisa diatur sedemikian rupa, dan membuat saya lebih sehat, menurut versi saya sendiri loh, kalo kata orang mah “Spor jantung”.

Yang paling dirasakan dampaknya bagi kesehatan adalah, kumpul-kumpul yang berakhir di lapangan futsal atau lapangan bola sungguhan, Komunitas nonton bareng berdasarkan tempat tinggal menciptakan sebuah keharmonisan tersendiri, aktifitas yang menyehatkan, mulai dari main futsal,basket, bersepedah, sampai para pendaki gunung, yang bernaung di bawah panji-panji LFC, mungkin sebentar lagi akan terbentuk kelompok gulat atau pola air, dan ada kelompok yang mempunyai misi sangat militan yaitu PASUKAN BERANI MANCING LFC, walau bawa pulang ikan kecil-kecil dan sampe rumah di cemberutin istri, mereka tidak lantas Jera, setelah menanggalkan gagang pancing, kemudian mandi, lanjut ke venue Nonton bareng, bahkan ada yang masih membawa Joran ke tempat Nobar. Haha....its Crazy.

Satu lagi yang sulit dihilangkan, yaitu Kesetanan, ini sukar disembuhkan, tapi dapat dikendalikan. ini senantiasa ada  dalam tubuh semua Liverpudlian di Indonesia, Cuma kadar nya yang berbeda, yang menentukan adalah tingkat kedewasaan, Pendidikan dan tentu saja penegtahuan soal bola dan sejarah sepak bola. Memang kadang kala fanatisme lebih kejam dari pembunuhan atau fitnah sekalipun. Yah, ini soal kebencian, butuh terapi yang panjang dan lama untuk menyembuhkan penyakit kesetanan ini, kadang menghawatirkan, tapi banyak juga membuat lucu, banyak cerita soal ini, yang pasti ketika mendengar kata si “Setan Merah”, beribu-ribu reaksi yang akan muncul, ada yang kejang-kejang, ada yang lansung mengambil kuda-kuda, ambil dupa atau ambil sejadah dan banyak lagi, Sebenarnya penyakit kesetanan ini tidak harus disembuhkan, Fans LFC yang baik adalah ketika bisa mengontrol emosis sesaat dan hawa panas yang di pancarkan dari si setan merah itu. Ini sudah seperti phobia tersendiri, apalagi kalo di twitter atau grop chating ada yang bergosip ria “WOIII JERSEY LIPERPOOL Di BAKAR FANS EMYUUU DISONO NOH”. Kalo udah ada kabar begitu, semua heboh, kalo saua Cuma mau ketawa, tapi banyak juga yang gak bisa terima, seperti ternodai dan teraniaya Dan siap pasang badan untuk jadi bagian dari perlawanan, haha, ini fenomena menarik, walau belum ada penelitian tentang ini, saya meyakini, kelucuan ini Cuma ada di Indonesia. Penyakit kesetanan ini banyak yang sudah akut, tapi tidak sedikit yang menyederhanakan kebencian teresebut, dengan tersenyum dan pikirian yang logis.

Ini adalah pembahasan yang tidak akan tuntas, lelah rasanya membuang banyak energi untuk menulis kesetanan ini, tidak perlu terapi khusus, Cuma perlu bersahabat pada kecemasan yang kita rasakan, dua kali kalah dari setan merah di musim ini, adalah pelajaran yang bagus untuk mawas diri dan menjadi fans yang lebih mengerti akan arti kekalahan, Kalah dari MU bukan kiamat buat kita, ini juga menjadi terapi yang baik untuk lebih bersabar dan lapang dada, persaingan belum usai, walau 4 besar Cuma jadi wacana, atau menyelahkan kinerja wasit di musim ini adalah percuma. kasian tiang gawang sudah menjadi kambing hitam dimusim lalu, dan sekarang mendingan kita menyalahkan tiang jemuran aja gimana?.

Saya melihat banyak fans LFC yang sudah matang, dalam artian sesungguhnya (tua.red), lebih kalem dalam menyikapi masalah kesetanan ini, dan buat para Liverpudlian yang masih berdarah segar, mungkin ada waktunya dimana darah kalian nantinya akan lebih merah lagi daripada saat ini, ketika penyakit kesetanan itu sudah benar-benar menjadi kesehatan yang hakiki.

Terapi Mental

Buat yang gak sabar jangan menjadi Fans Liverpool FC, seru seroang kawan dalam twitternya, sabar dan sabar, itulah kata kunci dalam tulisan saya kali, ini, Jadi jangan pernah mengaku Liverpudlian kalo tidak sabaran, sabar mengajarkan banyak hal buat kita semua, coba kalau kita hidup di era dimana Nomer 7 masih di punggung King Kenny, mungkin kita tidak perlu menunggu gelar juara, atau gol-gol balasan ketika Liverpool dalam kondisi tertinggal, kita bisa lebih sombong dari saat ini, dimana daratan eropa sudah disandra dengan kemahsyuran mersyside merah, tp tentu saja, saat itu fans Liverpool di Indonesia tidak sebanyak sekarang, Hanya TVRI bersama bung sambas yang menjadi corong informasi kehebatan The Reds, dengan durasi yang sedikit dan jarang tentunya.

Tapi yah itulah kerennya Liverpudlian, sering kalah dan inkonsisten aja fans nya masih bisa pasang aksi, dan tetap bisa foto-foto sehabis nonton bareng. Apalagi slalu menang dan banyak angkat tropi. mungkin ini juga bagian dari terapi yang harus kita jalankan, selain sabar, sedikit lebih melatih mental agar terus dapat lebih belajar dari banyak kekalahan, bukan saja kekalahan di setiap pertandingan, kekalahan dalam hidup, bahkan kekalahan dari sanginan dalam mendapatkan pacar, hehe. mengatur strategi yang lebih matang, menata ulang berbagai persepsi yang salah selama ini, dan siap melakukan serangan balik yang lebih mematikan, tapi yah itu tadi, kalau belum sabar, pasti susah juga melakukan serangan keren dan hasil maksimal.

Ini contoh sederhana bagaimana saya menjadikan Liverpool menjadi terapi mental yang baik, Nadya 10 tahun, Kelas 5 SD, pasca kecelakaan 2 tahun lalu, Nadya mengalami banyak goncangan dalam hidupnya, bayangkan ketika semua teman sekolahnya tidak bisa menerima Nadya karena bagian kaki kirinya harus di Amputasi diatas lutut, jadi teman-temanya menganggap nadya berbeda dengan mereka.”Nadya Punya Allah dan Nadya punya Liverpool”, begitu katanya, dia tau, Ayahnya seroang penggila Liverpool, Kalau saya mau nobar, dia selalu bilang “ayah mau ibadah yah?, jangan lupa nyanyi YNWA yang khusuk yah” dia mengatakan itu, ngeledek sebenarnya, karena gak bisa ikut nobar yang udah terlalu malam buat dia, saya Cuma ketawa.  dia mengerti bagaimana ada nilai spiritual dalam sepak bola, terutama Liverpool. Pertama kali dia merasakan menjadi seorang Liverpudlian ketika nonton film Will, Dia mulai mengerti fans bukan hanya penonton sepak bola yang pasif, tapi bagian dari keluarga besar yang saling mendukung. Suport terhadap dirinya dari keminderan dan bully teman-teman disekolah dan rumahnya tadinya sangat sulit, Penyandang difabel di Indonesia tidak banyak diuntungkan, apalagi didaerah, jangankan mau nonton bola di stadion, dengan antrian khusus atau tempat duduk yang sudah disediakan.

Tapi hebatnya Nadya tidak pernah merasa dirinya seorang difabel apalagi berkebutuhan khusus, dia tidak butuh dikasihani, dia melakukan semua aktifitas disekolahnya seperti biasa, ikut tapak suci, bahkan ikut bermain bola, walau lawannya Cuma anak kelas 1 dan kelas 2 yang badanya jauh lebih kecil dari dia, posisinya adalah penjaga gawang, yang paling lucu adalah, ketika saya kasih liat gol aguero ke gawang reina kemaren via youtube, komentarnya sederhana, “alah, kalo gitumah, Nadya nendang pake kakipalsu juga kebobolan tuh si pepe”, cukup mengelitik, Artinya, secara mental dia jauh lebih kuat, bayangkan ketika dia mampu sesumbar untuk mengoyak gawang Reina dengan kaki fiber yang beralas karet sintetik. Walau tadi siang alas kakinya baru saja jebol,main bola katanya, kondisi cuaca wonosobo yang slalu hujan dan lembab, juga jadi penyebab lepasnya sambungan dibagian bawah, tapi sebelum menulis ini, saya sudah reparasi.

Bukan itu saja, Lagu “You’ll Never walk alone, benar-benar menjadi kekuatan tersendiri buat Nadya, selama diperjalanan dia selalu puter lagu itu, dan sing along, walau bersanding lagu cherrybelle,koboy junior dan akhir-akhir ini YNWA diselingi lagunya cakra khan yang saya gak tau judulnya, tapi saya suka nyanyi bareng dia juga. Haha. Dan seminggu lalu tiba-tiba dia bilang, Pengan ikut Kontes nyanyi “BIG REST”,  saya tanya “hah, kontes apaan itu kak”, itu loh, masa gak tau sih, tiba-tiba dia nyanyi deh “many miles away from anfield”, oh itu “BIGREDS kak, bukan BIG REST”, langsung saya bbm si anak kunyuk a.k.a fuaddinejad, eh gak dibales-bales, dan ternyata udah ditutup juga sayembaranya per 1 februari kemarin. Sekali lagi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun