Mohon tunggu...
Joe
Joe Mohon Tunggu... -

Hasrat, kemauan, idealisme, tiang penyanggaku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jelang HUT Kemerdekaan ke-71 NKRI, PMKRI Denpasar Gelar Diskusi

4 September 2016   03:31 Diperbarui: 4 September 2016   10:56 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Denpasar, 14 Agustus 2016 - Indonesia sebagai sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat tidak terlepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan yang ditempuh. Proklamasi kemerdekaan yang dilakukan 71 tahun yang lalu bukanlah peristiwa yang kebetulan terjadi melainkan bagian dari serangkaian proses perjuangan yang dilakukan dari usaha memerdekakan bangsa ini. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan rekam jejak yang layak untuk digali dan ditelusuri. Sebab, proses bangsa menegara adalah suatu proses yang memberikan gambaran tentang bagaimana terbentuknya bangsa ,di mana sekelompok manusia yang ada di dalamnya merasakan sebagai bagian dari bangsa dan terbentuknya negara.

Menyongsong HUT Kemerdekaan ke - 71 NKRI, PMKRI Cabang Denpasar  Sanctus Paulus secara khusus membedah perjuangan kemerdekaan tersebut dalam diskusi yang bertajuk, "Sejarah Gerakan Kemerdekaan Indonesia."  Diskusi yang dipandu Theodorus Lettor ini menghadirkan wartawan senior Pos Bali, Ambrosius Ardin sebagai partner diskusi.

Ambros dalam pemaparannya mengatakan bahwa gerakan kemerdekaan Indonesia diklasifikasikan dalam 2 hal. Pertama, gerakan yang dilakukan secara parsial; kedua, gerakan secara kolektif. Menurutnya, gerakan parsial dalam perjuangan kemerdekaan dilakukan sebagai wujud perlawanan pribumi terhadap penjajah yang dilakukan secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Gerakan ini didasari oleh aksi berlebihan yang dilakukan penjajah dan didasarkan pada ketidakpuasan terhadap penjajah yang menjarah dan mengeksploitasi bangsa ini. Gerakan ini sering dilakukan sebelum tahun 1908. Sementara, gerakan kolektif ditandai sejak berdirinya Budi Utomo tahun 1908 hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Gerakan ini  didasarkan pada pemahaman lebih dan kesadaran persatuan akan upaya memerdekakan diri dari imperialisme dan kolonialisme asing. Jika manifestasi penderitaan rakyat pra 1908 cenderung dilakukan secara kedaerahan, pasca 1908 perlawanan yang dilakukan cendrung masif dan terorganisir. Hal ini ditandai berdirinya organisasi-organisasi nasional pasca 1908 dan perlawanan yang dilakukan.

"Jadi analisis saya, gerakan kemerdekaan yang dilakukan bangsa ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu,  parsial dan kolektif," tegas Mantan Ketua PMKRI Denpasar periode 2010-2012 ini.

Dalam menanggapi pertanyaan peserta diskusi terkait faktor-faktor yang menyebabkan pembedaan gerakan kemerdekaan Indonesia,  Ambros menitikberatkan pada tingkat kesadaran intelektual dan strategi gerakan yang dibangun.

Sementara itu, Ketua PMKRI Denpasar, Yoh. Sandriano N. Hitang, dalam diskusi tersebut menyatakan bahwa gerakan kemerdekaan Indonesia secara umum dilatarbelakangi oleh beberapa hal diantaranya, tekanan-tekanan kolonial yang mengakibatkan penderitaan dan kemunculan paham-paham nasionalisme yang membuahkan nasionalisme itu sendiri. 

Dalam penjelasannya terkait gerakan kemerdekaan tersebut, Yoh menambahkan bahwa di antara skema gerakan yang dilakukan, terdapat pula kekhasan proses politik  jelang proklamasi yaitu, penculikan yang identik dengan pendaulatan dan uniknya dilakukan oleh angkatan muda.

"Kalau penculikan tidak terjadi saat itu, belum tentu proklamasi kemerdekaan bisa dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ini satu bukti bahwa angkatan muda memang berjasa dalam perjuangan bangsa ini, " tegas Joe, sapaannya.

Lebih lanjut Robertus Dicky Armando, Presidium Gerakan Kemasyarakatan  PMKRI Denpasar dalam diskusi ini memantik sisi korelasi dari perjuangan pra kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan. Menurutnya kemerdekaan sudah semestinya di maknai tidak hanya perjuangan awal untuk memerdekakan bangsa ini dari belenggu penjajah tetapi juga upaya yang terus dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan. 

"Perjuangan memerdekakan bangsa ini sejatinya diimbangi dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Konsistensi perjuangan harus tetap dijaga, dirawat sampai kapan pun," ujar Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana ini.   (Joe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun