Memang, ikatan kolektif dan tradisi gotong royong mulai luntur seiring arus modernitas dan gencarnya pengaruh budaya barat. Maka saat inilah momentum untuk merekatkan kembali semangat gotong royong sebagai fondasi solidaritas dan kolaborasi. Pasalnya, tradisi inilah yang akan menjadi mainstream pergaulan global dalam tatanan baru pasca Covid-19.
4. Penutup: Ujian Solidaritas Nasional
Pada akhirnya, kita harus kembali mendudukkan persoalan hari ini dalam kerangka lebih luas secara bijak. Jika dilihat sepotong-potong, mungkin spektrum kita akan sarat dengan masalah.Â
Tapi dengan kacamata lebih luas serta pemikiran yang jernih, kita sebenarnya tengah memainkan peran penyeimbang menuju tatanan dunia baru pasca pandemi.
Pemerintah sudah melakukan bagiannya. Realokasi dan refocusing anggaran bukanlah persoalan mudah. Bahkan menteri keuangan Jerman sampai bunuh diri gara-gara tak sanggup melakukan penyesuaian anggaran di tengah pandemi.Â
Untungnya, negara kita sudah menyelesaikannya. Dalam waktu dekat, imbas kebijakan hal itu akan menolong banyak kelompok rentan yang penghidupannya terancam oleh Covid-19.
Kartu Pra kerja, PKH, bantuan sembako, listrik gratis, dll semua itu dilakukan demi menjamin penghidupan warga. Banyak negara yang gagal melindungi warganya, sementara kita masih sanggup menjamin penghidupan masyarakat hingga kelas bawah.Â
Sekarang bola di tangan kita sendiri. Mampukah kita turut andil dalam revitalisasi kegotong-royongan ini? Jika kita turut andil, dan pandemi ini dapat segera teratasi, kita akan turut memetik bandul geopolitik yang tengah mendekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H