Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Belajar Lockdown dari India dan Italia, Cocokkah untuk Indonesia?

27 Maret 2020   17:42 Diperbarui: 27 Maret 2020   21:48 7281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Indonesia di Antara India dan Italia
Mungkin Indonesia adalah kombinasi kedua negara di atas, yaitu India dan Italia. Dari sisi perekonomian, Indonesia mirip India yang didominasi sektor informal dan para pekerja harian. 

Di Indonesia ada 62.9 juta pelaku UMKM yang menyerap 107.2 juta tenaga kerja yang mengandalkan pendapatan harian. Artinya, ketika diberlakukan lockdown, sektor informal yang pekerja harian ini otomatis kehilangan penghasilan.

Hal ini diperburuk dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang mirip warga Italia, yaitu terbiasa membantah dan mengabaikan peraturan. Saat ada penilangan lalu lintas misalnya, kita sering melihat warga yang jelas-jelas salah tapi masih melawan bahkan bertindak brutal terhadap polisi. 

Indonesia juga memiliki sangat banyak kelompok yang tiap hari rajin bersikap nyinyir, yang selalu menyudutkan pemerintah hingga menebar teror dan hoaks di dunia maya.

Pertanyaannya, ketika banyak yang mendesak pemerintah melakukan lockdown: akankah warga Indonesia taat protokol lockdown? Pasalnya, strategi lockdown hanya efektif ketika dilakukan secara ketat, keras dan tegas.

Hukum darurat menggantikan hukum sipil, di mana kebebasan dan pengadilan tidak berlaku lagi. Jika protokol darurat lockdown tidak ditaati maka percuma, sebaran virus justru akan melonjak curam dalam kondisi interaksi yang tertutup dan terbatas.

Jika warga tidak tertib protokol, satu-satunya solusi yaitu tindakan tegas. Mungkin aparat akan memukuli semua orang keluar rumah, seperti yang terjadi di India. Lalu, akankah warga Indonesia pulang ke rumah setelah dipaksa polisi?

Pengalaman sejauh ini, tindakan tegas dari aparat akan direspon dengan perlawan dan tawuran ala anak STM. Bayangkan, ketika kondisi lockdown terjadi bentrokan antara warga dengan aparat.

Ketika bentrokan terjadi dalam situasi minim bahan pokok, sangat mungkin kerusuhan akan meluas. Apalagi, negara kita belum benar-benar bersih dari kelompok-kelompok anti NKRI yang selalu mengintai kelemahan pemerintah, lalu menumpangi keadaan dan mengambil alih kekuasaan. 

Tiga hari lalu (24/03), Densus 88 pun masih menangkap 5 terduga teroris yang beraktivitas di Batang, Jawa Tengah. Sangat mungkin, mereka ini tengah menyusun strategi makar di tengah pandemik Covid-19.

Jika situasi lockdown benar-benar diberlakukan di Indonesia, lalu kepanikan massal terjadi disertai benturan warga dengan aparat, saat itulah kelompok-kelompok anti NKRI ini akan memainkan provokasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun