Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tetap Tenang, Virus Corona Tak Seseram yang Dibayangkan

3 Maret 2020   17:39 Diperbarui: 3 Maret 2020   20:29 7244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: tribunnews.com

Dalam dua hari ini, media riuh memberitakan pasien asal Depok yang terinfeksi Virus Corona atau Covid-19. Ramainya pemberitaan itu menyusul pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengonfirmasi dua pasien positif corona dalam negeri (02/03/2020). Publik dan netizen pun merespon dengan beragam reaksi. Ada yang tetap tenang, ada juga yang khawatir. 

Sayangnya, ada saja yang memanfaatkan kasus ini dengan menyebar berita bohong. Ada yang menyebut virus corona sudah menyebar ke berbagai daerah, dengan berbagai bumbu cerita yang menyeramkan. Tak urung, sebagian warga pun menjadi panik, dan mulai menimbun stok kebutuhan pokok karena takut terpapar corona.

Benarkah kita harus sebegitu panik menghadapi virus yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok ini? Seperti apa sebenarnya virus jenis baru ini?

1. Mayoritas Infeksi di China

Terhitung sejak menginfeksi pasien pertama di Wuhan pada 8 Desember 2019, Covid -19 telah menjangkiti 90.937 pasien di seluruh dunia, per hari ini (03/03/2020).

Meskipun begitu, 80.151 (88%) penularan virus itu terjadi di China daratan, dan 67.217 (73.91%) terjadi di Provinsi Hubei, daerah asal virus itu sendiri. 

Pemerintah China sendiri sudah menutup Kota Wuhan sejak 23 Januari 2020, dan berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia juga turut menghentikan sementara penerbangan ke China, agar tidak ikut tertular. 

Meskipun begitu, adanya 5 juta orang keluar dari Kota Wuhan sepakan terakhir sebelum kota itu ditutup. Posisi Wuhan sebagai salah satu pusat ekonomi di Tiongkok membuat kota memiliki arus migrasi yang relatif tinggi.

Kondisi inilah yang membuat virus Corona menyebar ke berbagai belahan dunia.

2. Virus Corona Tak Mudah Menular

Meski angka penularannya cukup tinggi, sebenarnya virus Covi-19 tak terlalu mudah menular. Virus yang diduga berasal dari hewan liar ini tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia.

Ahli kesehatan menduga, covid -19 bertahan tak lebih dari 3 jam di udara terbuka sehingga kemungkinan menular lewar sirkulasi udara sangatlah kecil. 

Riwayat pasien terpapar virus corona yang terkumpul sejauh ini disebabkan oleh kontak langsung dengan penderita virus corona. Adapun medium penyebaran virus berbentuk droplet, yaitu cairan tubuh yang menyebar dari penderita, khususnya percikan ludah saat penderita bersin atau batuk. 

Maka, cara paling penting mengantisipasi penularan yaitu pengenaan masker pada penderita virus, sementara orang yang sehat tak perlu mengenakan masker.

Jadi, para penduduk yang sehat tak perlu beramai-ramai membeli masker banyak-banyak sampai stoknya menipis di pasaran.

3. Angka Kematian Relatif Rendah

Dibandingkan wabah serupa yang terjadi dalam 20 tahun terakhir, sebenarnya fatalitas atau tingkat kematian penderita virus corona tidak terlalu tinggi.

Bandingkan dengan virus MERS yang menyebar dari Arab Saudi pada 2012 telah menginfeksi 2.494 pasien dan merenggut 858 jiwa atau 34% kematian.

Sementara SARS yang mewabah pada 2002 menjangkiti 8.098 pasien, yang 774 di antaranya meninggal dunia, atau setara dengan 9.5% kemantian. 

Sementara itu, tingkat kematian covid-19 hingga hari ini terhitung sebesar 3.117 orang, atau sekitar 3.4% dari total pasien yang terinfeksi.

Itupun, mayoritas pasien meninggal merupakan para manula yang memang tingkat kesehatannya sudah relatif lemah. Kluster usia dengan angka kematian tertinggi yaitu umur 80 tahun ke atas, yang mencapai 14.8 kematian. 

Sementara kluster usia 10-19 tahun, 20-29 tahun, dan 30-39 tahun masing-masing hanya mencatat angka kematian sebesar 0.2%, atau 2 kematian di antara 1000 penderita corona. Itupun masih ditambah catatan medik, bahwa penderita yang meninggal usia muda tersebut memiliki riwayat penyakit dalam yang cukup serius. 

Shitij Kapur dan Sharon Lewin, dua orang pakar kesehatan dari Australia bahkan menjelaskan data global bahwa influenza tak kalah ganas dari corona, karena setiap tahun telah menginfeksi 1 miliar orang, menyebabkan 5 juta orang sakit, dan 600 ribu di antaranya meninggal.

4. 52% Pasien Corona Sudah Sembuh

Yang tak kalah penting untuk dicatat, jumlah pasien corona yang sembuh ternyata jauh lebih banyak dibanding jumlah yang meninggal.

Dari 90.937 orang yang terinfeksi corona hingga hari ini (03/03/2020), ternyata 48.063 sudah dinyatakan sembuh. Angka kesembuhan itu setara dengan 52.85% atau lebih dari separuh pasien yang terinfeksi corona. 

Seiring tingginya angka kesembuhan ini, tingkat penyebaran virus pun relatif melambat secara drastis. Tak heran otoritas China pun menutup satu rumah sakit darurat di Wuhan, yang dulu dibangun secara khusus untuk menangani pandemi Corona. 

Tingginya tingkat kesembuhan itu juga terjadi secara merata di negara yang turut terjangkit. Di China 36.199 orang sembuh, dari total 80.151 pasien; di Iran tercatat 291 orang sembuh dari total 1.501 pasien; di Singapore 78 orang sembuh dari total 108 pasien; dan bahkan di Vietnam 16 orang yang terpapar virus sudah sembuh secara keseluruhan.

5. Infeksi Dapat Sembuh Sendiri

Karena Covid-19 adalah jenis virus baru, maka vaksin antivirusnya belum ditemukan. Kabar baiknya, ternyata para pasien tersebut bisa sembuh tanpa obat atau vaksin secara khusus.

Perawatan yang dilakukan terhadap para pasien corona hampir di semua negara selama ini, yaitu memberikan suplai nutrisi, agar imunitas pasien menguat dalam melawan infeksi virus. 

Di dunia medis sudah menjadi pedoman umum, bahwa virus hanya menginfeksi orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

Dan sebaliknya, infeksi virus juga akan berakhir ketika daya tahan tubuh membaik atau menguat. Itulah yang dilakukan terhadap para pasien Corona selama ini, di negara manapun. 

Maka, satu-satunya sikap yang harus diambil dalam menyikapi virus corona, yaitu mempertahankan pola hidup sehat, agar tak terinfeksi corona. Kebiasaan cuci konsumsi makanan bernutrisi, olah raga, istirahat yang cukup, itu semua sudah cukup untuk menghadapi corona.

Artinya, waspada terhadap infeksi coro memang penting, tapi tak perlu menjadi panik karenanya.

6. Kenapa Corona Memicu Kepanikan?

Kalau ditelusur ke belakang, sebenarnya alasan mendasar yang memicu kepanikan global corona adalah karena virus ini merupakan jenis baru. Karena jenis baru, maka pengetahuan terkait masih serba gelap. Dunia medis belum tahu dampaknya sejauh apa, bagaimana mengobatinya, cara menangani pasien dan seterusnya. Itu juga yeng memicu China menutup kota-kota yang menjadi tempat penybaran corona. 

Dalam skala lebih lebih kecil seorang warga negara Korea juga ada yang bunuh diri lantaran mengira dirinya terinfeksi corona. Padahal, prasangka itu salah. Dan kalaupun benar, dampaknya pun tak harus mendorong sesorang untuk bunuh diri. 

Di sinilah letak persoalannya, yaitu faktor pengatahuan. Sekarang, dunia sudah mulai tahu efek virus corona, sehingga pandemi baru ini tidak lagi gelap bagi dunia pengetahuan.

Maka saat ini, satu-satunya kunci menghadapi corona berada pada masyarakat sendiri. Kalau kita terbiasa hidup sehat dan tidak mudah termakan provokasi serta hoaks, sebenarnya tak perlu khawatir berlebihan terhadap virus corona.

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Indonesia selama ini sudah cukup optimal dalam mengantisipasi corona. 

Pertama, sudah mempersiapkan segala antisipasi penularan, mulai dari thermal scanner di 135 pintu masuk internasional; penyiapan 132 rumah sakit rujukan pasien corona; melakukan evakuasi WNI dari pusat penyebaran Corona; hingga proses isolasi dan observasi terhadap pasien suspect maupun positif corona. 

Kedua, pemerintah juga berhasil meminimalisir kepanikan terkait pandemi corona. Paling tidak, sejauh ini masyarakat masih beraktivitas secara normal, tanpa terpengaruh virus baru yang sudah melumpuhkan berbagai kota di dunia ini.

Sekarang pilihannya kembali ke diri kita masing-masing. Apakah kita akan bersikap panik, ataukah memilih untuk tetap tenang dan bersikap rasional?

***

Rujukan:
1. Dr Drew Doubles Down on Coronavirus Press Coverage
2. What If Living With Covid-19 is the New Normal?
3. Coronavirus Covid-19 Global Case by Johns Hopkins CSSE
4. Resiko Kematian Pasien Corona Berdasarkan Usia
5. Jumlah Kasus Baru Corona di China Merosot, Wuhan Tutup 1 RS Darurat
6. Rekap Perkembangan Virus Corona Wuhan dari Waktu ke Waktu
7. Perbandingan Corona, Mers dan SARS

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun