Mohon tunggu...
yohan wibisono
yohan wibisono Mohon Tunggu... Konsultan - Yohan Wibisono adalah seorang Pemasar

Yohan Wibisono adalah seorang Pemasar

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sabar dan Semakin Dicintai

11 Oktober 2020   14:35 Diperbarui: 11 Oktober 2020   14:38 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua putra dan dua putri. Dua putri usia SD, dua putra usia dua tahun lebih dan selisih 15 bulan lebih muda. Ya, dulu berdoanya minta putra kembar; dan ALLAH Maha Tahu kami belum mampu jika langsung diberi anak kembar. Maka anak ketiga dan empat seakan dipisah waktu kelahirannya, namun sangat dekat.

Mengayomi dua putra yang sangat dekat usia kelahirannya ternyata membutuhkan energi extra. Jadwalnya hidupnya terbalik, bangun tengah malam dan bermain sampai jam 8.30 pagi. Satu balita terbangun menangis, yang lain ikut bangun; seakan janjian.

Namanya Bumi. Anakku nomor empat. Lelaki yang kami penuhi doa qurrota ayun sepanjang kehamilannya. Lelaki yang menyenangkan hati. Saat lahir dia tak setampan kakaknya, tak seputih kakaknya; namun dia adalah lelaki yang paling sabar di rumah kami.

Saat dia lagi bermain dan kemudian kakaknya (Pijar) mendekatinya, merampas mainannya, Bumi hanya diam. Dia biarkan kakaknya bermain dan dia tunggu disebelahnya. 

Aku lihat wajah polosnya melihat kakaknya tengah asyik memainkan mainannya. Dilihat saja tanpa melakukan apa-apa, tanpa berusaha merebut. 

Saat kakaknya bosan, dan meletakkan mainan itu, Bumi mengambilnya lagi dan melanjutkan bermain.

Awalnya aku pikir dia takut. Ternyata tidak. Karena pernah beberapa kali juga dia melawan dan kakaknya menangis. Dia tidak takut, hanya saja pada saat itu dia sedang bersabar.

Jatuh Cinta Berlebih

Sekian belas tahun yang lalu atau mungkin kisaran dua puluhan tahun yang lalu aku termasuk orang yang kurang mudah bersyukur, kurang bersabar, sering protes, mempertanyakan dengan keputusan Rabbku. 

  • "Ya Allah kok gini?" 
  • "Padahal aku sudah melakukan itu" 
  • "Ya Allah mereka melakukan maksiat kok rejekinya lebih banyak?"  

Dan berbagai jenis komplain lainnya.

Dan dihari aku memperhatikan putraku si Bumi yang mau bersabar atas perlakuan kakaknya, aku baru menyadari aku semakin jatuh cinta padanya. Dengan wajah polos sabarnya menunggu. Ya, rasaku tumbuh lebih.

Aku merasa bahwa Allah menyadarkanku melalui anak-anakku Bumi dan Pijar. Seandainya dulu aku mau bersabar atas ujian-ujian tanpa mempertanyakannya, ikhlas menerima; mungkin sama seperti rasaku saat ini yang menjadi semakin jatuh cinta pada Bumi dan kesabarannya.

...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun