Hal yang sama terjadi di Pakistan (Youtube Bloomberg : How China’s Flagship Belt and Road Project Stalled Out, Myanmar, Djibouti dan Italy, di-mana China mendapat konsesi untuk mengoperasikan pelabuhan tersebut namun China juga bertujuan untuk meningkatkan pengaruhnya secara global.
Proyek Belt and road initiative dalam lingkup estetika humanisme soft power memberikan gambaran akan kekurangan dari soft power yaitu mekanisme getting what one wants dan cenderung memaksakan (Soft Power). Â Mekanisme getting what one wants bisa dilihat dalam kasus Tajikistan (Kesepakatan tanah Tajik memperluas jangkauan China di Asia Tengah | Reuters), Â di-mana pemerintah Tajikistan memberikan wilayah sengketa seluas 2400km sebagai bagian dalam pengurangan hutang Tajikistan ke China.
Soft power yang digunakan China dalam project Belt and road initiative memiliki dinamikanya sendiri dan tidak bisa dikatakan berjalan dengan mulus. Namun jika Amerika Serikat memiliki Hollywood, Perusahaan-perusahaan raksasa, mata uang US dollar, universitas dan program pertukaran pelajar, bantuan US AID, dan banyak lainnya sebagai kemampuan soft power Nya, maka China sebagai negara adidaya berikutnya memiliki Proyek Belt and road initiative untuk meningkatkan pengaruhnya di secara Internasional.
Yohan RiankaÂ
Mahasiswa Universitas Siber Asia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H