Sejarah pasar seni , pertama kali di bentuk oleh anak Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Ini merupakan salah satu hajatan terbesar Fakultas Seni Rupa dan Desain(FSRD) ITB menampilkan keragaman aktfitas kesenian, memberi dan memperkaya akan pengalaman dan wawasan akan persembahan dan civitas academica seni rupa ITB untuk masyarakat luas.
Mengintip sejarah awal mulanya terbentuk pasar seni, jadi pasar seni pertama kali diselenggarakan tahun 1972 atas prakarsa Prof.A.D. Pirous sebagai ajang bertemunya seniman dan masyarakat secara langsung dan memiliki tujuan untuk memperluas apresiasi terhadap karya seni.
Awal mulanya, prof. A.D. Pirous di tahun ’70 an ke Amerika untuk berkesenian bersama teman-temannya, lalu kebetulan disana ada tradisi. Tradisi dimana para seniman melakukan garage sale di pergantian musim karena kekhawatiran karya-karya akan rusak dan seniman menjadi tidak produktif. Dengan berbekal karya, A. D. Pirous menempati stand kecil dan ternyata karyanya termasuk karya 2D terbaik, terlaku dan berhasil mandapatkan penghargaan dari pihak penyelenggara.
Sepulangnya Prof. A. D. Pirous dari Amerika. Ia mencoba membuat acara yang sama, dengan nama Pasar Seni. Ternyata respon dan sambutannya sangat bagus.
Pasar SeniITB juga menjadi perhelatan seni se-Asia Tenggara dan menjadi acara rutin 4 tahun sekali. Pasar seni ITB selalu dibalut dengan tema tertentu sesuai dengan permasalahan sosial. Pada era 1970-an ketika pertama kali digelar, temanya terkait dengan seni yang tidak dikenal masyarakat luas. Pada tahun 1980-an, temanya tentang persaingan industri kreatif di masa pembangunan. Pada 1990-an temanya adalah persoalan tata ruang sosial masyarakat, terutama kebebasan berekspresi. Kemudian Pasar Seni pada era 2000-an bertema tentang kaburnya identitas karena kuatnya arus informasi. Terakhir pada 2010-an ini temanya adalah kurang sadarnya masyarakat akan identitas keilmuan.
Salah satu acara yang banyak ditunggu-tunggu kehadirannya oleh masyarakat bahwa perhelatan seni terbesar se-Asia tenggara ini akan hadir 23 November 2014
Bertemakan “Antara Aku” . Judul tersebut mengacu pada "aku" sebagai individu dan "antara" sebagai penanda jarak antara diri sendiri dan orang lain. Maksudnyamembantu menentukan porsi individualitas seseorang dalam bermasyarakat dengan menghadirkan suasana keterasingan sebagai penanda jarak antara diri sendiri dan orang lain yang menimbulkan kesadaran porsi individualitas pada setiap individu.
Proyek ini dilakukan anak-anak ITB selama berbulan-bulan. Dengan dibantu pihak ITB, sponsor dan lainnya akhirnya dana yang terkumpul untuk perhelatan pasar seni ini sangat besar. Ignatius gery sebagai ketua dan para panitia lain yang tergabung dalam FSRD ITB mempersiapkan ini cukup matang.
Acara yang dilakukan pada hari minggu 23 November 2014 itu cukup menarik karena melibatkan 50 seniman yang didatangkan dari seluruh Indonesia, berbagai 365 stand yg terdiri dari stand makanan, seni dan marchandise. Selain itu pula terdapat 7 wahana dan 3 panggung pentas musik.Belum lagi promosi yang dilakukan di banyak media membuat acara meriah, pengunjung yang hadirpun membeludak melebihi target dan acara ini emangmengaharapkan 500 ribu pengunjung diharapkan dapat menikmati gelaran acara tersebut.
Setelah itu hal menarik lainnya adalah para pengunjung dari seluruh Indonesia dibuat terkagum-kagum, karena pasar seni ITB menyuguhkan sebuah sensasi dengan aplikasi mata-mata. Aplikasi yang dapat di download oleh smartphone ini bertujuan menunjukan identitas ITB yang terdepan di bidang teknologi.
Pasar seni diharapkan dapat selalu berjaya dan tujuan Pasar Seni dari tahun-ketahun senantiasa tercapai, yaitu agar masyarakatterhibur, mampu menikmati karya, berinteraksi langsung dan berinovasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H