Mohon tunggu...
mort retardée
mort retardée Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Menulis, membaca , rekreasi. Jika gagal jangan takut untuk mencoba kembali.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Risau Tak Berujung

25 Mei 2024   22:28 Diperbarui: 25 Mei 2024   22:40 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dokumen Pribadi

  Aliran air yang mengalir menghantam  cela- cela batu menciptakan bunyi yang liri di telinga, bunyi yang mengantarku ke lamuan tak berujung.

Kicauan burung dan hembusan angin sekaan tak mampu membuyarkan lamunanku.

   Tawa kecil para kurcaci cilik yang sedang menikmati sejuknya air seakan mengolok-olok diriku yang sedang termenung ditempian sungai yang seakan tidak dapat lagi menikmati keindahan lukisan Sang pencipta.

  Entah apa yang membuatku begitu risau?

Kau masih  bersamaku, masih setia mendampingiku, entah itu hanya ragamu atau juga dengan hatimu.

Entalah......

 

   Biarlah pikiran ini  terus berlayar dan menemukan jalannya sendiri,Dan diri ini masih termenung dengan sejuta risau tak berujung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun