Masih ada sebanyak 39% GenZ yang belum terampil dalam kemampuan menggunakan teknologi. Manajer mengatakan bahwa mereka lebih suka memperkerjakan generasi Millinial, karena generasi ini adalah generasi yang memiliki Tingkat produktivitas tinggi dibanding generasi Z. Dari kurangnya motivasi kerja dan usaha yang rendah, banyak manajer yang melakukan pemutusan kontrak kerja.
Sangat disayangkan juga ada sebesar 31% manajer dari 782 survey yang diedarkan menghindari GenZ untuk direkrut dan lebih memilih merekrut pegawai yang lebih tua, semua ini dikarenakan adanya keraguan yang dirasakan oleh manajer. Bukan hanya itu saja, manajer juga merasa bahwa GenZ terlalu meminta banyak uang ketika mereka diwawancara mengenai upah yang diharapkan oleh calon pegawai perusahaan.Â
Semua hal ini disebabkan karena adanya pristiwa wabah Covid 19 yang melanda. Menurut Stacie Haller, wabah Covid-19 inilah yang menghambat keterampilan para GenZ di dunia kerja, karena mereka lebih sering menghabiskan kehidupan perkuliahaannya di rumah dan peralihan lingkungan ini sangat berdampak terhadap kemampuan mereka.
 Saya sendiri juga mengakui bahwa anak-anak jaman sekarang juga mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri untuk dunia luar, karena dampak Covid-19 yang membuat kita selalu menghabiskan kegiatan sehari-hari didalam rumah untuk mengurangi penyebaran virus.
Saat ini, Indonesia juga sedang banyak pengangguran ditingkat GenZ. Menurut CNBC Indonesia, berdasarkan survey pada Agustus 2023, ada sebanyak 7,86 juta penduduk yang tidak bekerja, dan mereka semua adalah penduduk yang berumur 15-20 tahun atau tergolong GenZ.Â
Ada sebanyak 9,31% lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tidak bekerja, dan angka ini adalah angka terbesar dibandingkan dengan tamatan jenjang pendidikan lainnya. Menurut apa yang saya dengar dan saya baca, mereka (7,89 Juta GenZ yang menganggur) kehilangan lapangan pekerjaan di karenakan posisi yang seharusnya mereka tempati di dunia pekerjaan sudah ditempati oleh tamatan sarjana.Â
Penyebab lainnya juga ada di tamatan sarjana, karena mereka seharunya menempati posisi yang lebih tinggi dari tamatan SMK/SMA. Seperti contoh, posisi admin atau operator yang seharusnya diisi oleh tamatan SMK/SMA, justru ditempati oleh tamatan sarjana. Kurangnya keterampilan inilah yang menggeser posisi kerja di sebuah perusahaan, dan akibat dari kurangnya keterampilan atau pengetahuan ini akan berimbas pada calon pegawai yang pendidikannya SMK/SMA.
Gen Z tidak lepas dari keunikan dalam diri mereka, ada beberapa cara yang menurut saya bisa membantu GenZ lebih produktif dan lebih tunduk dengan perusahaan yang sedang mereka tempati. Pertama, memberikan mereka kebebasan dalam berfikir dan berekspresi, karena dengan ini mereka GenZ akan lebih merasa lega dan bisa mengaktualisai diri dengan berbagai kegiatan positif mereka.Â
Kedua, dengan memberikan fleksibilitas, namun tetap dipantau, karena dengan fleksibilitas yang tinggi, GenZ akan merasa lebih memiliki waktu yang banyak daripada harus mengikuti jadwal yang telah ditetapkan, contoh diberikan kebebasan dengan memberi jatah WFH, atau diberikan tenggat waktu yang longgar. Terakhir, diberikan kesempatan lebih dalam mengambil jatah cuti, karena ini menyesuaikan dengan kebiasaan mereka yang sangat peduli dengan Mental Health, dan menghindarkan mereka dari stress kerja atau tekanan kerja.
Menurut laman Insperity, GenZ juga bisa diberikan kesempatan kesempatan yang bisa mereka dapat untuk meningkatkan produktifitas mereka dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan cara baru untuk mempimpin.Â
Manajer perusahaan harus bisa berusaha dalam memberikan kesempatan Generasi ini untuk menyalurkan ide ide mereka dengan menyalurkan ide ide mereka kepemilikan proyek atau inisiatif kepada GenZ. Kedua, terbuka akan fasilitas. Disini manajer harus bisa mencari tahu apa yang  penting bagi setiap pekerja yang ada di perusahaannya.