Mohon tunggu...
Yohanes Wibisono
Yohanes Wibisono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang gemar membaca, menulis, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Era Baru Informasi, Semuanya Berbentuk Audiovisual!

15 Desember 2023   08:30 Diperbarui: 15 Desember 2023   08:36 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jakartaconsulting.com

Perkembangan teknologi yang makin pesat memaksa segala hal terus berubah. Mulai dari manusia hingga peralatan yang digunakan pun ikut berubah. 

Perubahan paling mencolok yang terlihat dari perkembangan teknologi adalah penyebaran informasi. Dahulu, jika orang ingin mendapatkan informasi ia harus bersosialisasi dengan tetangga kanan kirinya. 

Sekarang, jika orang ingin mendapat informasi ia hanya perlu membuka handphonenya dan mencari di internet, lalu apa yang ia ingin tahu otomatis akan muncul. Siklus ini jika ditilik ke belakang juga merupakan bentuk perubahan dalam dunia jurnalisme. 

Dunia jurnalisme selalu dikenal dengan produknya yang berupa tulisan. Bermacam bentuk tulisan jurnalistik pun muncul, mulai dari straight news, soft news, features dan lain sebagainya. Beragam topik juga tersedia dari bentuk tulisan ini yang kemudian menjadi berita dan dikonsumsi masyarakat. 

Seiring berkembangnya zaman, terjadi perubahan minat di kalangan pembaca. Berita yang memiliki format tulisan pun kini sudah kurang diminati oleh anak muda terkhusus kalangan gen z. 

Para anak muda cenderung menyukai informasi dengan bentuk digital serta penyebarannya melalui platform new media seperti media sosial. Format audiovisual juga menjadi favorit anak muda ketika mencari  informasi di era sekarang. 

Sumber: crown.edu.gh
Sumber: crown.edu.gh

Lahirnya Jurnalisme Multimedia

Perubahan pola konsumsi pembaca berita sekarang juga mengubah bagaimana informasi disajikan. Berdasarkan hasil survey dari BPS terdapat 68,82 juta jiwa penduduk Indonesia yang masuk dalam kategori anak muda di rentang usia 16-30 tahun (Kusnandar, 2022).

Angka ini menunjukkan bahwa di Indonesia jumlah anak muda sangatlah banyak. Akibat dari hal ini, perubahan dalam distribusi informasi pun tak bisa dihindari. Dari yang dulunya tulisan sekarang sudah berubah menjadi berbagai macam format seperti audio, visual, dan audio visual. 

Lalu proses evolusi penyebaran informasi yang melalui berbagai format menyebabkan lahirnya jurnalisme multimedia. Jurnalisme multimedia sendiri memiliki pengertian sebagai bentuk jurnalistik yang mengkombinasikan teks, foto, video, audio, grafik, dan interaktivitas yang disajikan dalam multiplatform dengan tujuan agar cerita bisa menarik dan informatif (Widodo, 2020, h.24). 

Jadi, segala output dari jurnalisme multimedia pasti berbentuk kombinasi teks, foto, video, audio, dan interaktif yang disebarkan dalam multiplatform seperti sosial media. Media-media besar pun kini sudah hampir semuanya menyebarkan informasi mereka menggunakan sosial media. Ini dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan minat pembaca berita serta bisa bertahan di era digital ini.

Sumber: googleplay.com
Sumber: googleplay.com

Jurnalisme Multimedia di Indonesia

Era jurnalisme multimedia di Indonesia bermula sejak tahun 1995 ketika Repubilka Online membuat media online miliknya. Lalu diikuti dengan Tempo.co pada tahun selanjutnya yang juga mendirikan media online sekaligus menjadi pelopor media online di Indonesia.

Jurnalisme multimedia di Indonesia pun ramai sejak tahun 2000an ketika internet mulai masuk. Hingga sekarang, sudah banyak sekali jumlah media yang termasuk ke dalam jurnalisme multimedia yang muncul di Indonesia akibat dari adanya internet.

Rata-rata media di Indonesia bahkan di seluruh dunia menggunakan multimedia sebagai alternatif penyebaran informasinya. Hal ini dikarenakan informasi yang berbentuk tulisan dan disebarkan melalui koran kini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat.

“Tersebar dimana-mana dan interaktif” adalah kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi jurnalisme multimedia saat ini. Artinya adalah sebuah informasi tidak hanya disebarkan dalam satu platform saja misal website, tetapi juga di berbagai platform lain seperti sosial media contohnya Instagram, Youtube, Facebook, X, dan lain-lain.

Interaktif juga menjadi salah satu aspek penting dari penyebaran informasi berbasis multimedia karena pada dasarnya jurnalisme multimedia selalu menyebarkan cerita yang informatif dan menarik. Maka dari itu, informasi tersebut harus bisa interaktif agar bisa menarik pembaca untuk melihat informasinya. 

Untuk mencapai tingkat interaktif, diperlukan trik-trik khusus dalam menyediakan informasi. Seperti informasi bukan hanya berbentuk tulisan melainkan menggunakan visual yang menarik agar ketika informasi lewat di media sosial seseorang, orang itu otomatis akan tertarik dengan apa yang disajikan. Audio juga menjadi salah satu tren dalam penyebaran informasi media sekarang seperti informasi berbentuk podcast karena podcast juga adalah salah satu format informasi yang disukai masyarakat. 

Sumber: levitatemedia.com
Sumber: levitatemedia.com

Audiovisual Jadi Pilihan

Format audiovisual selalu menjadi pilihan yang menarik ketika membahas mengenai bentuk penyebaran informasi. Pasalnya format audiovisual sangatlah digandrungi oleh masyarakat masa sekarang.

Ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah peminat podcast yang semakin naik dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri pendengar podcast berkisar di angka 35,6 persen dari keseluruhan pengguna internet dan menjadikan Indonesia duduk pada posisi 2 jumlah pendengar podcast terbanyak di dunia (Pahlevi, 2022)

Dalam podcast pun format yang disajikan sudah tidak hanya berbentuk audio saja melainkan menggunakan audiovisual. Contoh penggunaan audiovisual pada podcast adalah podcast yang diunggah dalam kanal Youtube.

Tak hanya podcast, pemberitaan yang tersaji di media terkhusus media sosial sekarang pun memiliki kecenderungan menggunakan video. Selain menggunakan video, aspek lain yang diperhatikan dalam pemberitaan berbasis video adalah visual, audio, cerita, dan interaktivitas. Disinilah bagaimana terlihat bahwa jurnalisme multimedia sekarang sudah menguasai lini pemberitaan dari sebuah media terutama media berita.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com

Tuntutan Bagi Jurnalis Makin Besar

Dengan bentuk multimedia, pekerjaan sebagai jurnalis pun turut mengalami perubahan. Jurnalis masa kini dituntut untuk bisa melakukan banyak hal diluar tugas pokok sebagai seorang jurnalis yaitu meliput dan menulis berita. 

Reuter Institute dalam (Muliawati, 2018, h. 82) menyebutkan bahwa jurnalis harus menguasai skill seperti Multimedia, Adobe Flash, Video editing, dan Digital Narratives. Jurnalis juga diharuskan untuk belajar bekerja dengan sebuah tim infografis atau tim desain berita visual untuk menemukan cara ‘bercerita’ di platform digital. 

Maka dari itu, jurnalis zaman sekarang harus bisa untuk menguasai skill lain diluar skill menulis dan meliput berita agar bisa tetap ‘hidup’ di masa sekarang. 

Sumber: theindonesianinstitute.com
Sumber: theindonesianinstitute.com

Tantangan Jurnalisme Multimedia

Di era yang serba cepat ini, dunia jurnalisme multimedia dihadapkan dengan kecepatan penyebaran informasi dalam memberitakan sebuah berita. Jika berita tidak cepat untuk dipublikasikan bisa jadi berita itu akan diberitakan oleh media lain terlebih dahulu dan berita kita sudah tidak akan dibaca karena dianggap tidak up to date.

Memang sekarang ada sebuah tren dimana jika tidak cepat maka akan ketinggalan. Hal ini tentu sangat dirasakan dalam dunia jurnalistik karena berita sekarang sudah tidak bersifat “bisa diberitakan di kemudian waktu” tetapi “harus diberitakan detik itu juga”.

Dari hal itu munculah istilah berupa berita secara live dimana berita akan ditayangkan pada detik itu juga supaya tidak tertinggal oleh media yang lain. Disamping itu, tuntutan kecepatan berita ini juga menimbulkan hal negatif bagi pembaca sendiri jika jurnalis tidak teliti.

Karena berita dituntut untuk cepat, ini berarti jurnalis juga harus bekerja secara cepat pula dalam proses gathering berita hingga penerbitan berita. Tentu jika tidak teliti, pasti akan ada celah untuk berita bisa jadi hoax.

Maka dari itu sebagai pembaca di era informasi yang serba cepat ini, kita dituntut harus melakukan proses cross check ulang. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap adanya berita hoax sekaligus meningkatkan kualitas pemberitaan di era multimedia.   

Referensi :

Kusnandar, V. B. (2023, Oktober 1). Hampir Seperempat Penduduk Indonesia adalah Pemuda pada 2022. Katadata. Dikutip dari https://databoks.katadata.co.id

Muliawanti, L. (2018). JURNALISME ERA DIGITAL: DIGITALISASI JURNALISME DAN PROFESIONALITAS JURNALISME ONLINE. Lentera : Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, 2(1). https://doi.org/10.21093/lentera.v2i1.1168

Pahlevi, R. (2022, Agustus 2). Pendengar Podcast Indonesia Terbesar ke-2 di Dunia. Katadata. Dikutip dari https://databoks.katadata.co.id

Widodo, Y. (2020). Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun