Mohon tunggu...
Yohanes Wibisono
Yohanes Wibisono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang gemar membaca, menulis, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Sinergi AI dan Jurnalisme Data, Jadi Musuh Para Jurnalis

23 Oktober 2023   23:19 Diperbarui: 24 Oktober 2023   00:43 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: duniaku.idntimes.com

AI sebagai teknologi baru dapat mempermudah berbagai pekerjaan manusia, tak terkecuali jurnalis. Perkembangan AI yang makin ganas juga bisa mengacaukan lapangan pekerjaan para jurnalis. 

Tercatat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, pekerjaan sebagai seorang jurnalis mulai menurun. Isu-isu kekerasan dan juga pendapatan yang minim hingga kestabilan perekonomian negara juga menjadi faktor penting dalam penurunan minat pekerjaan sebagai seorang jurnalis. Terlebih, hadirnya AI yang sangat membantu dalam berbagai bidang juga berpotensi mengurangi profesi seorang jurnalis akibat dari kecanggihannya.

AI atau biasa disebut dengan Artificial Intelligence merupakan teknologi di bidang ilmu komputer yang memiliki kemampuan khusus untuk memecahkan masalah (Purwanti, 2020). Dalam kehidupan, AI bisa dibilang sangatlah membantu seperti menjawab pertanyaan, bertukar ide, memberikan referensi, membuat editan foto otomatis dan masih banyak lagi. Kehadiran AI ini juga merupakan bentuk revolusi umat manusia dalam teknologi yang lebih tinggi.  

Dengan adanya AI beberapa pekerjaan jurnalis seperti mengumpulkan data, mentranskrip wawancara, membuat ide berita, dan membuat ilustrasi kini bisa dibuat dengan mudah. Beberapa tools AI yang bisa membuat hal semacam itu adalah WhipNews, Resommer, Chat GPT, Adobe Photoshop, dan masih banyak lagi. Hal ini tentu sangat memudahkan pekerjaan jurnalis dan penyebaran berita pun juga bisa sangat cepat sampai kepada publik. 

Dari kemudahan yang diperoleh ini tak menutup kemungkinan masalah di kemudian hari. Segala keinstanan yang diberikan oleh AI juga bisa merusak pekerjaan para jurnalis di masa depan. Mengapa demikian? karena pekerjaan sehari-hari jurnalis dapat dilakukan oleh AI dengan mudah sehingga memungkinkan profesi sebagai seorang jurnalis bisa berkurang bahkan menghilang. 

Hadir Masa Depan Baru

Disamping kehadiran AI, kedepannya dunia jurnalistik juga akan diramaikan oleh jurnalisme data. Menurut Widiantara (2021:124) jurnalisme data merupakan genre jurnalisme hasil kolaborasi disiplin ilmu jurnalisme, statistik, desain grafis dan komputer. Dalam jurnalisme data pun terdapat beragam informasi berbentuk data statistik hasil olahan dari komputer.

Sumber: antaranews Bali
Sumber: antaranews Bali

Jurnalisme data memiliki berbagai macam bentuk seperti grafik, angka, dan lain sebagainya. Berbagai macam bentuk tersebut kemudian akan divisualisasikan dengan sedemikian rupa sehingga bisa diterima dan dipahami oleh banyak orang. Tak hanya mengunggulkan bentuk visualnya, adanya jurnalisme data juga bisa menjadi sarana untuk melawan hoax karena data yang disajikan sudah melalui uji validitas data (Widiantara, 2021:119). 

Jurnalisme data juga dipandang sebagai bentuk jurnalisme masa depan yang mengikuti tren masyarakat dimana audiens lebih menyukai informasi berbentuk visual. Selain itu, jurnalisme data juga merupakan pemanfaatan big data oleh industri media dan tak bisa dipisahkan dari proses penulisan berita oleh para jurnalis (Widiantara, 2021: 119). Dengan medium penyebaran informasi yang semakin canggih, jurnalis bisa membuat ini sebagai keuntungan mereka sehingga penyampaianya bisa lebih efektif kepada masyarakat luas. 


Duo Maut AI dan Jurnalisme Data

Kehadiran AI benar-benar membantu pekerjaan para jurnalis mulai dari membuat berita, memberikan ide tulisan, hingga ilustrasi untuk berita. Dengan adanya AI pula, pembuatan informasi berbasis jurnalisme data akan sangat mudah untuk dibuat dan didapatkan. Hal ini pun membuat keduanya memiliki prospek yang sangat bagus di dunia jurnalistik di masa depan.

Kecepatan mendapat data, mengolah data, memvisualisasi data semua bisa dibuat dengan mudah oleh AI. Lalu dari data yang sudah dibuat dan dirangkai sedemikian rupa, tinggal memberikan sentuhan akhir dan jadilah jurnalisme data. Disini dapat dilihat bahwasanya memang AI sangat membantu pada dunia jurnalisme masa depan. Tak hanya membantu, kedepannya mungkin dunia jurnalistik akan dikuasai oleh AI dengan mode jurnalisme datanya. 

Sumber: duniaku.idntimes.com
Sumber: duniaku.idntimes.com

Disisi lain sebagai seorang jurnalis pasti menyadari bahwa dengan adanya dua medium ini berpotensi untuk merusak lapangan pekerjaan mereka. AI yang bisa melakukan semua pekerjaan jurnalis ditambah model jurnalisme data yang diminati masyarakat sekarang bisa membuat pekerjaan jurnalis dibabat oleh AI.  

Nasib Jurnalis Masa Depan

Tak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya AI dan juga model jurnalisme data bisa mempersempit pekerjaan seorang jurnalis. Pekerjaan yang dulunya sangat butuh manusia di belakangnya, sekarang sudah bisa digantikan dengan basis teknologi. Hal ini  pun membuat pekerjaan sebagai seorang jurnalis mulai ditinggalkan dan kurang diminati oleh banyak orang termasuk anak muda. 

Sumber: techstory.in
Sumber: techstory.in

Kehadiran AI memang tidak dapat dielakkan karena perkembangan teknologi yang semakin maju bergerak ke depan. Adanya AI juga tak semata-mata bisa menghapuskan kehadiran seorang jurnalis dari dunia. Sebab ada satu hal penting yang tak dimiliki AI dalam menuliskan suatu berita atau informasi, yaitu tidak bisa menghadirkan 'perasaan' dalam tulisannya. 

Selain itu, AI juga tidak sepenuhnya benar dalam memberitakan sebuah berita dan tetap harus melalui proses recheck oleh manusia. Apalagi dalam konteks jurnalistik yang harus menyebarkan informasi sesuai dengan kode etik jurnalistik. Maka dari itu, sentuhan akhir dari manusia juga sangatlah penting dalam dunia jurnalistik.

Jurnalis Masa Depan Harus Bagaimana?

Untuk melawan dominasi AI, seorang jurnalis harus memiliki kemampuan 'lebih' yang tidak bisa dilakukan oleh AI seperti menulis dengan perasaan, kemampuan untuk melakukan in depth interview, dan banyak lagi. Memiliki kemampuan yang spesifik dan dalam di suatu bidang juga bisa menjadi acuan bagi para jurnalis di masa depan. Kemampuan seperti mengendalikan, kamera, mengedit, dan melakukan pemrograman juga tak kalah penting bagi seorang jurnalis untuk melawan dominasi AI.

Referensi:

Purwanti, H. Artificial intelligence (AI) pembantu pekerjaan manusia. Retrieved from https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jakarta/baca-artikel/16291/Artificial-Intelligence-AI-Pembantu-Pekerjaan-Manusia.html

Widiantara, I. K. A. (2021, July 28). Tren dan fenomena jurnalisme data pada media online di Indonesia. Retrieved from https://jurnal.ekadanta.org/index.php/danapati/article/view/134voi.idAntaranews BaliTechstory.induniaku.idntimes.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun