Banyak dari perempuan masa sekarang yang tidak hanya berkutat pada urusan dapur namun juga banyak sekali perempuan yang sekarang bekerja mencari nafkah, sama dengan laki-laki.Â
Semangat memperjuangkan kesetaraan gender dari R.A. Kartini membuat banyak sekali inspirasi untuk perempuan Indonesia menjadi lebih hebat contohnya Najwa Shihab, Sri Mulyani, Tri Rismaharini, Maudy Ayunda, serta banyak sekali tokoh wanita hebat di Indonesia.Â
Memiliki sosok Ibu yang juga bertumbuh dari lingkungan dengan adat Jawa yang kental serta pendidikan yang diturunkan keluarga bahwa wanita harus mengurus rumah tak membuat Ibu penulis serta merta membiasakan budaya 'beberes rumah hanya untuk perempuan' menurun ke anak-anaknya.Â
Ibu selalu memiliki prinsip bahwa membersihkan rumah adalah basic kehidupan yang harus dimiliki oleh setiap manusia tanpa terkecuali. Ia juga meyakini bahwa "Seorang laki-laki yang tak mau membantu membereskan pekerjaan rumah tidak akan bisa survive dunia yang sekarang".
Ibu mulai membiasakan anak-anaknya untuk setelah makan harus mencuci piring sendiri dan ketika pulang sekolah atau libur sekalipun anak-anaknya harus membantu dalam hal menyapu dan mengepel. Hal ini ditujukan agar anak-anaknya kelak bisa hidup mandiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain. Selain itu Ibu juga berharap agar anak laki-lakinya bisa menghargai perempuan dan membuat hidup sejajar dan bisa berjalan dengan kaki yang sama.Â
Sebenarnya sangat perlu untuk memiliki peran dalam kehidupan berkeluarga, namun peran yang dijalankan oleh masih-masing pelakunya haruslah seimbang dan tidak mendiskriminasi suatu individu atau kaum tertentu.Â
Agar kehidupan selau berjalan dengan imbang, diperlukan adanya kesetaraan agar dalam menjalaninya tidak berat sebelah. Laki-laki zaman sekarang tidak hanya dituntut untuk hanya mencari nafkah tetapi juga harus bisa melakukan pekerjaan rumah seperti beberes rumah berlaku sebaliknya untuk perempuan.
Pada dasarnya di masa kita hidup sekarang, semua manusia diwajibkan untuk dapat melakukan segala sesuatu dan tidak boleh selalu bergantung kepada orang lain. Kita hidup untuk mengisi posisi kita masing-masing dan bisa menggantikan posisi orang lain ketika terjadi kekosongan.Â
Begitu juga dengan kesetaraan gender yang bukanlah suatu mitos belaka. Perbedaan ini terjadi bukan untuk mendiskriminasi seseorang atau suatu kaum, melainkan dari perbedaan tersebut kita harus menjadi kuat bersama membangun sebuah pondasi yang kokoh agar dapat bertahan di berbagai kondisi.Â
Daftar Pustaka
Samovar, L., Porter, Richard., McDaniel, Edwin R. dan Roy, Carolyn S. (2017). Communication Between Cultures. Cengage Learning.