Di zaman yang serba modern ini siapa sih yang tidak mengenal dengan istilah 'Film'. Tentunya semua insan manusia mengenal istilah tersebut. Film secara harafiah merupakan rangkaian gambar yang hidup dan bergerak serta didukung oleh audio sebagai pemanisnya.
Film merupakan media elektronik yang paling tua dibandingkan dengan media lainnya. Apalagi film telah berhasil mempertunjukkan gambar-gambar hidup yang seolah-olah memindahkan realitas masyarakat ke atas layar. Keberadaan film telah dijadikan sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar telah memasuki kehidupan umat manusia yang begitu luas serta beraneka ragam.
Namun siapa sangka film dapat mempengaruhi dan membentuk sebuah masyarakat. Film dapat dikatakan sebagai fenomena sosial, hal ini dikarenakan film merupakan aspek yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Sehingga film secara tidak langsung hampir disamakan dengan kebutuhan sandang pangan dan papan.
Film selalu mempengaruhi dan juga membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan yang ada di baliknya. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang kemudian diimplementasikan atau diproyeksikan ke dalam layar film.
Realitas yang dibawa ke dalam sebuah layar tentunya sudah dimulai sejak jaman dulu kala. Sebagai contoh adanya film series berjudul "The Crown". Film yang dibuat oleh Peter Morgan ini menggambarkan sejarah dan juga realitas masyarakat di zaman kerajaan Inggris yang dipimpin oleh Ratu Elisabeth ke-2.
Kemudian untuk film di Indonesia yang juga mempengaruhi masyarakat adalah film dokumenter berjudul "Sexy Killer". Film yang diproduksi oleh Watchdog Image tersebut mendapat sorotan yang luar biasa di masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan film tersebut menguak tentang industri batu bara yang dijalankan oleh para penguasa di Indonesia.Â
Film ini berhasil menjadi headline utama di Indonesia karena penayangan film ini tepat tiga hari sebelum pelaksanaan pemilu. Di sisi lain, film ini telah membuat masyarakat untuk melakukan 'golput' menjelang pemilu, hal tersebut terjadi karena masyarakat mengetahui realitas yang terjadi sebenarnya.
Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas sedikit mengenai film dalam mempengaruhi perubahan sosial di masyarakat. Tentunya untuk memulai pembahasan kali ini, ada beberapa poin penting yang akan saya sampaikan.
"Selo Soemarjan & Soelaeman Soemardi (dalam Rosana, 2011) mengemukakan bahwa perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat"
Dari kutipan di atas kita dapat melihat apabila perubahan sosial merupakan suatu variasi ataupun cara-cara hidup yang sudah diterima. Demikian pula film, film pada hakekatnya merupakan elemen penting dalam masyarakat sehingga film dapat dikatakan memiliki kesetaraan seperti sandang dan juga pangan. Disisi lain, film juga memiliki pengaruh penting dalam membangun realitas yang ada di masyarakat.
Seperti yang sudah disampaikan diawal tadi apabila film yang diproduksi dan diindustrikan berasal dari fenomena yang ada di masyarakat. Yang kemudian di diimplementasikan kedalam sebuah layar.
Teori konflik
"Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat"
Dengan adanya teori diatas, sudah cukup menjelaskan apabila film baik dari dulu hingga saat ini merupakan aspek yang cukup penting bagi insan manusia. Film sendiri merupakan komponen yang sudah diterima di masyarakat, yang kemudian film dapat merubah sosial di masyarakat.
Sebagai contoh adalah film "G30SPKI". Film G30SPKI mengangkat sebuah konflik yang cukup heboh. Dimana film tersebut dibuat berlatarkan kekacauan ekonomi Indonesia pada saat itu.Â
Kemudian adanya penculikan dan pembunuhan enam jenderal yang dipelopori oleh PKI dan Angkatan Udara karena adanya hembusan kabar kudeta terhadap Presiden Soekarno. Kemudian dari film G30SPKI tersebut terbentuklah pola pikir masyarakat yang dimana memandang PKI sebagai sebuah gerakan organisasi yang cukup ditakuti.
Kemudian ada contoh sebelumnya yaitu film "'Sexy Killer". Sexy Killer mengangkat konflik tentang pembangungan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berdampak pada masyarakat yang ada di sekitar pertambangan.
Dari film dokumenter ini, masyarakat melihat bahwa ada ketidakpedulian penguasa terhadap kehidupan masyarakat yang ada di sekitar pertambangan. Sehingga membuka pola pikir masyarakat yang kritis baik itu dari segi politik maupun segi lainnya.
Kesimpulannya adalah film menjadi elemen penting dari perubahan sosial. Hal ini dikarenakan film lahir dari realitas sosial yang ada dan kemudian diimplementasikan ke dalam sebuah layar.
Terima kasih (:
Sumber
Ardiyanti, Handrini. 2017. Perfilman Indonesia:Â Perkembangan Dan Kebijakan, Sebuah Telaah Dari Perspektif Industi Budaya. Â Kajian 22 (2),79-95.
Mudjiono, Y. (2011). Kajian Semiotika dalam film. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1), 125-138.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H