Seperti yang sudah disampaikan diawal tadi apabila film yang diproduksi dan diindustrikan berasal dari fenomena yang ada di masyarakat. Yang kemudian di diimplementasikan kedalam sebuah layar.
Teori konflik
"Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat"
Dengan adanya teori diatas, sudah cukup menjelaskan apabila film baik dari dulu hingga saat ini merupakan aspek yang cukup penting bagi insan manusia. Film sendiri merupakan komponen yang sudah diterima di masyarakat, yang kemudian film dapat merubah sosial di masyarakat.
Sebagai contoh adalah film "G30SPKI". Film G30SPKI mengangkat sebuah konflik yang cukup heboh. Dimana film tersebut dibuat berlatarkan kekacauan ekonomi Indonesia pada saat itu.Â
Kemudian adanya penculikan dan pembunuhan enam jenderal yang dipelopori oleh PKI dan Angkatan Udara karena adanya hembusan kabar kudeta terhadap Presiden Soekarno. Kemudian dari film G30SPKI tersebut terbentuklah pola pikir masyarakat yang dimana memandang PKI sebagai sebuah gerakan organisasi yang cukup ditakuti.
Kemudian ada contoh sebelumnya yaitu film "'Sexy Killer". Sexy Killer mengangkat konflik tentang pembangungan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berdampak pada masyarakat yang ada di sekitar pertambangan.
Dari film dokumenter ini, masyarakat melihat bahwa ada ketidakpedulian penguasa terhadap kehidupan masyarakat yang ada di sekitar pertambangan. Sehingga membuka pola pikir masyarakat yang kritis baik itu dari segi politik maupun segi lainnya.
Kesimpulannya adalah film menjadi elemen penting dari perubahan sosial. Hal ini dikarenakan film lahir dari realitas sosial yang ada dan kemudian diimplementasikan ke dalam sebuah layar.
Terima kasih (:
Sumber
Ardiyanti, Handrini. 2017. Perfilman Indonesia:Â Perkembangan Dan Kebijakan, Sebuah Telaah Dari Perspektif Industi Budaya. Â Kajian 22 (2),79-95.