Analisis yang pertama yaitu menggunakan Future Orientation dari Kluckhohn dan Strodtbeck's. "Budaya yang berorientasi pada masa depan biasanya menghargai apa yang akan datang dan masa depan diharapkan lebih baik dari masa kini ataupun masa lalu" (Samovar, 2013). Â
Disini kita dapat melihat apabila Orang Jawa sangat peduli dengan kehidupan mereka dimasa depan bersama dengan pasangannya. Hal tersebut dapat dilihat dari filosofi bibit, bebet dan juga bobot, yang dimana ketiga hal tersebut (bibit, bebet dan bobot) sangat dipertimbangkan.
Baca juga: Cari Jodoh Secara Online, Amankah?
Analisis yang kedua merupakan teori dari Hofstede, yaitu individualisme. Ada beberapa poin mengenai individualisme yang dapat digunakan dalam pembahasan kalli ini.Â
Poin tersebut adalah: prestasi individu dihargai dan juga keunikan setiap individu bernilai. Melalui kedua poin tersebut, kita dapat mengambil contoh dari segi bobot. Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, bobot kurang lebih berbicara mengenai kualitas diri.Â
Jika seseorang memiliki kualitas diri yang baik, secara tidak langsung hal tersebut akan sangat dihargai oleh orang lain, terutama dalam hal mencari pasangan. Begitu pula dengan keunikan masing-masing individu.Â
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai analisa terhadap filosofi Jawa "bibit, bebet dan bobot". Salam Sehat.
Daftar Pustaka:
Samovar, Larry A., Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel. (2017). Communication Between Cultures. Ninth Edition. Boston: Cengage Learning US.Â
Kanvas Alfabet. Diakses pada 13 Oktober 2020.