Mohon tunggu...
Yohanes Harry Sirait
Yohanes Harry Sirait Mohon Tunggu... -

a journalist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dahlan Kata Mereka

20 Januari 2012   09:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_165029" align="aligncenter" width="640" caption="Dahlan Iskan/Admin (KOMPAS/Heru Sri Kumoro)"][/caption] Nama Dahlan Iskan terus menggaung. Mendapat perhatian masyarakat kala menjadi Kepala PLN, Boss Jawa Pos Group ini terus disorot kiprahnya hingga kini menjabat Menteri BUMN. Meski telah berada di puncak, Dahlan tak lalu jumawa hingga enggan memandang ke bawah. Penampilan yang sederhana namun rapi, sikapnya yang bersahaja, pembawaannya yang bersahabat serta ekspresif dalam berkomunikasi, tetap dipertahankan Dahlan meski telah menjadi Menteri. Hal tersebut membuat banyak pihak meneladani Dahlan. Abdul Aziz, Staff Menteri BUMN yang baru mengikuti Dahlan mengaku kagum dengan sosok alumnus IAIN Sunan Ampel tersebut. “Saya baru tiga bulan bekerja dengan Pak Dahlan, tapi sudah banyak hal yang saya dapat,” ucap Aziz lewat telepon, Jumat (13/1). Aziz yang sedang berada di Madiun mendampingi Dahlan, baru dapat dihubungi pukul 23.20 WIB. “Ini kami baru saja selesai rapat dengan Pak Dahlan,” terang Aziz yang biasa menemani Dahlan jogging. Memang, saat kunjungan kerja ke luar kota, Dahlan sangat sibuk. “Kami pernah minta ikut ke Bandung mendampingi Pak Menteri. Baru tengah hari, sudah banyak BUMN yang dijalani. Bahkan sesudah makan siang, kita pikir mau istirahat, ternyata mau melihat BUMN lainnya. Padahal berita dari pagi saja belum sempat kita buat,” ucap seorang wartawan yang sehari-hari bertugas di Kementerian BUMN. Menurut sejumlah wartawan yang meliput BUMN, mengikuti perjalanan Dahlan serasa tak ada ujungnya. “Kita sampai ampun-ampunan,” tutur mereka. Aziz mengaku meneladani banyak hak dari Dahlan. “Pak Dahlan orangnya sangat disiplin,” ujar Aziz. Tak hanya disiplin mengenai hal besar, Dahlan yang memulai karir sebagai wartawan tersebut juga disiplin dalam hal-hal kecil. “Satu kisah saat di kantor. Kami janjian ketemu di loby sepuluh menit lagi. Saya pikir telat beberapa menit itu biasa. Tapi pas saya ke sana, Pak Dahlan sudah tidak ada. Satpam bilang, sudah di tempat Pak Wamen dan saya diminta menyusul. Jadi bagi kita 10 menit itu biasa, bagi dia itu berbeda dan sangat berarti,” kisahnya. Tak seperti pejabat yang gemar terlambat, Dahlan menjadi pengecualian. Lazimnya, semakin tinggi jabatan, semakin lama seorang pejabat terlambat. Namun, Dahlan tak terkena ‘penyakit pejabt’ tersebut. “Pak Dahlan selalu berusaha datang lebih awal, terutama jika rapat. Bagi dia haram hukumnya kalau terlambat. Lebih baik dia menunggu daripada ditunggu,” ujar Aziz. Hal tersebut, menurut Aziz, dilakukan Dahlan kepada semua pihak. “Mau presiden, mau rekan, mau anak buah sekalipun, Pak Dahlan selalu tidak mau terlambat,” imbuhnya. Padahal, dengan kondisi Jakarta yang macet, terlambat merupakan hal yang sulit dielakkan. Apalagi, Dahlan juga tidak memakai voorijder. Menurut seorang dekatnya, Dahlan tidak ingin menambah kemacetan Jakarta dengan voorijder yang mengawal dirinya. “Tinggal di Jakarta, ya konsekuensinya macet,” ujar sumber tersebut. Bahkan pernah Dahlan terlambat mengikuti BUMN Award dikarenakan terjebak macet. “Tapi dia tidak suruh acara menunggu, acara tetap berjalan dan dia hanya menutup,” kisah seorang wartawan. Kalau Dahlan sampai terlambat, menurut Aziz, Dahlan akan sangat menyesal dan memikirkannya. “Kenapa ya saya terlambat,” ucap Aziz menirukan Dahlan. Meski disiplin, Dahlan tak kehilangan kasih sayang dan keakrabannya. “Pak Dahlan menularkan disiplin kepada kami. Tapi dia tetap bersahabat dan membuat kami enjoy,” akunya. Dalam banyak rapat, menurut Aziz, Dahlan membuat bawahannya tertawa dan merasa akrab dengan gayanya yang friendly. “Prinsip beliau, ide-ide bagus akan keluar dalam rapat kalau peserta tidak tegang. Jadi beliau memimpin rapat enak, dan kita tidak takut mengeluarkan ide,” kisahnya. Bahkan, Dahlan rela mengeluarkan kocek pribadinya untuk membuat anak buahnya mengeluarkan ide briliant. Aziz mengisahkan, saat memimpin rapat Merpati beberapa waktu lalu, Dahlan berjanji memberi mobil Avanza kepada pemberi ide terbaik. “Dari jogging langsung memimpin rapat Merpati dari pagi sampai menjelang sore. Dia beri hadiah Avanza, semua semangat memberi ide. Hadiahnya, sesuai kesepakatan akan diberikan saat idenya terbukti,” ujarnya. Selain itu, Dahlan adalah pribadi yang tegas. “Dia mendengar semua masukan dan menghargai pendapat. Setelah itu, dia sebagai pimpinan akan memutuskan dengan tegas. Tidak ada itu Pak Dahlan plin plan,” katanya. Dahlan juga pribadi yang memegang janji. “Dia janji apa, pasti dia akan tepati,” imbuhnya. Aziz juga mengaku senang mendampingi Dahlan olahraga pagi. “Banyak kebaikan yang saya dapat. Saya jadi disiplin sebab bangun setiap pagi dan olahraga. Lalu saya yang gemuk ini juga bisa turun berat badannya dan jadi sehat,” tutur Aziz. Hampir setiap pagi, Aziz selalu mendampingi Dahlan berolahraga. “Saat olahraga itu juga saya banyak menimba ilmu dari Pak Dahlan,” ucapnya. Mengenai nama Dahlan yang digadang-gadang menjadi Capres, menurut Aziz, justru menjadi kekuatiran Dahlan. “Bukannya senang, justru dia bilang ke kami, ini sangat sangat berbahaya buat saya,” ungkap Aziz. Menurutnya, Dahlan kuatir jika pekerjaan yang akan dia lakukan akan disangka memiliki tujuan lain. “Bisa-bisa Pak Dahlan disebut tidak ikhlas. Padahal dia bekerja saja, tanpa memikirkan itu,” ucap Aziz. Dituturkan Azis, Dahlan tidak infin pekerjaannya dikaitkan dengan jabatan Presiden ataupun Wapres. “Pak Dahlan tidak happy. Dia berharap isu itu tidak berkembang,” tuturnya. Karena kebersahajaannya itu, Aziz merasa sangat dekat dengan Dahlan. “Padahal saya baru tiga bulan. Tapi kalau satu hari saja tidak bertemu dengan pak Dahlan, rasanya seperti ada yang kurang,” ujarnya. Dahlan, yang kini kaya raya, tetap merakyat. Kehidupan susah yang dialaminya saat kecil membuat Dahlan tetap rendah hati. Salah satu buktinya adalah kegemaran Dahlan makan di tempat biasa. Jika berkantor di Kementerian BUMN, Dahlan akan makan di kantin tempat karyawan BUMN lainnya makan. Dede, pemilik warung mengaku kaget saat mengetahui Dahlan makan di kantinnya. “Waktu pertama masuk ke kantin, saya tidak tahu itu menteri,” aku Dede. Mengenakan kemeja tanpa dasi, lalu lengan baju digulung, membuat Dede berpikir Dahlan adalah pegawai biasa di Kemneterian BUMN. “Jadi Pak Menteri masuk sama beberapa pegawai. Waktu saya diberitahu itu menteri, saya kaget,” kisah Dede. Sudah 20 tahun Dede membuka warung di Kementerian BUMN. “Tapi baru kali ini ada Menteri yang makan di sini,” akunya. Memang, menurut Dede, pernah ada Menteri BUMN yang pernah makan di akntin tersebut. “Tapi itu sebelum jadi menteri. Setelah jadi menteri tidak mau lagi ke sini,” tuturnya. Biasanya, Dahlan memesan menu-menu biasa yang ada di kantin tersebut. “Ayam bakar, sop, daun singkong, gudeg dan sayur-sayuran,” sebut Dede. Selain itu, jika selesai makan, Dahlan selalu pamit. “Tidak sombong, tidak seperti pejabatlah. Kalau selesai makan, selalu pamit,” ujar Dede polos. Dede juga mengaku mendengar nama Dahlan disebut-sebut sebagai capres. “Iya, saya dengar. Kalau Pak Dahlan jadi Presiden, itu lebih bagus lagi. Cocoklah,” ucapnya bersemangat. Saat ditanya alasannya, Dede menjawab, “Dia merakyat. Jadi pasti bisa melindungi kita, karena tahu susahnya,” jawabnya lugas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun