Selama mengikuti pelayaran ini, kami bersingunggan langsung dengan TNI AL yang bertugas. Kami mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah kapal, bagian-bagian kapal serta navigasi pelayaran dan lain sebagainya.
Perjalanan ini semakin membuat saya semangat karena saya ingin melihat secara langsung tumbuhan Lada yang berada di salah satu perkebunan di Belitung Timur.
Bagi saya yang berdomisili di Ambon, tentu sudah terbiasa melihat tumbuhan Pala dan Cengkeh, namun tidak dengan Lada atau yang familiar disebut dengan Merica maupun dalam bahasa lokal disebut Sahang.
Tumbuhan yang pada masanya disebut sebagai “emas putih” ini (karena menjadi komoditas yang berharga) tumbuh subur di beberapa daerah di Banten, Sumatera dan sekitarnya. Bahkan, Lada di salah satu daerah di Bangka (Provinsi Bangka-Belitung) baru-baru ini masuk menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Kami tiba di Desa Lintang, Simpang Renggiang dan disambut oleh Kelompok Tani Bina Lestari II serta Dinas Pertanian dan Pangan (Bidang Perkebunan) Belitung Timur.
Di lahan dengan luas sekitar empat hektar ini kami belajar bagaimana proses pembibitan, pemilihan lahan tanam, pemupukan, perawatan sampai proses panen yang memakan waktu hingga dua tahun lamanya.
Lahan tanam misalnya, harus disiapkan sebidang tanah dengan ukuran 40 x 40cm dengan kedalaman 50cm. Bidang tersebut harus digali dan disiangi selama kurang lebih satu bulan lamanya.
Kemudian pada bagian dasar dialasi dengan pupuk organik sebelum bibit batang Lada ditanam, ditimbun dengan tanah dan ditutup dengan dedaunan agar tidak mati karena terkena sengatan sinar matahari langsung. Seperti komoditas hortikultura lainnya, tumbuhan Lada juga sensitif dengan cuaca, perawatan dan penyakit.
Penyakit yang paling dikhawatirkan oleh para petani adalah penyakit kuning. Ya, jika tumbuhan lada sudah terkena penyakit ini, maka sudah dipastikan akan gagal panen.
Perawatan yang intensif serta cuaca yang baik akan memberikan kualitas Lada yang baik. Panen raya Lada di Kelompok Tani Bina Lestari biasanya berlangsung pada akhir bulan Juli atau Agustus.
Tidak hanya berkenalan dengan Lada, selama di Belitung Timur kami juga mengunjungi beberapa situs sejarah dan mencicipi kuliner yang sarat akan historia dan rempah.