Perjalanan mengenal Maluku kali ini membawa saya mengunjungi Kota Tual, yang secara administratif masuk dalam gugusan Kepulauan Kei di Provinsi Maluku.Â
Jika Kei terkenal dengan pulau-pulaunya yang berpasir putih, kedatangan saya kali ini bukan untuk menikmati keindahan alam baharinya. Melainkan ingin melihat lebih dekat proses pembuatan Enbal (atau biasa diucapkan dengan Embal) yang konon umbi-umbian varietas ini dulunya berasal dari Bali. Â
Tapi ternyata, makanan khas ini ternyata mengandung senyawa sianida dan beracun. Waduh? Tenang meski demikian, makanan ini harus diproses sedemikian rupa terlebih dahulu sebelum dapat kita konsumsi.
Izinkan saya memperkenalkan Usi Epi dan Mama Ema, beliau adalah salah satu pembuat home industry rumah tangga yang berada di Desa Ohoitel Kampung Baru dan beruntung sekali saat kedatangan saya, beliau bersedia untuk mempresentasikan proses pembuatan Enbal secara tradisional.
Serupa tapi Tak Sama
Tanaman enbal sekilas mirip dengan ubi kayu dengan masa tanam hingga penen memakan waktu kurang lebih selama enam bulan lamanya.Â
Setelah memanen umbi, proses selanjutnya adalah mengupas kulitnya, cuci bersih kemudian diparut dan diperas untuk membuang saripati airnya. Nah, proses memeras inilah yang paling penting, karena dengan proses ini kita dapat menghilangkan kandungan HCN (asam) Sianida yang tinggi pada Enbal.
Setelah memakan waktu kurang lebih dua jam, Mama Epin kemudian mengangin-anginkan enbal tersebut selama dua hari. Nah, proses akhir dari pembuatan Enbal ini adalah porses pemanganggan dengan alat yang disebut bubes.Â
Bubes jika diperhatikan sekilas mirip dengan cetakan kue waffle, uniknya hasil dari enbal ini akan membentuk lingkaran yang terdiri dari beberapa potongan yang berbentuk hati. Setelah dipanggang sekitar satu sampai dua menit, Enbal tersebut kemudian dijemur di bawah sinar matahari seharian.
Dari makanan pokok sampai oleh-oleh khas Kei, selain dengan cara dipanggang dan dikeringkan, ternyata banyak cara untuk megolah dan menikmati enbal ini.Â
Enbal yang sudah diangin-anginkan dapat disangrai di atas wajan panas, kemudian setalah agak sedikit lunak dapat langsung dikonsumsi dengan lauk sayuran maupun ikan; bisa dibilang sebagai pengganti nasi.
Enbal dapat juga dibalurkan sebagai pengganti tepung untuk kudapan pisang goreng. Seiring perkembangan zaman, banyak inovasi dalam pengolah Enbal yang kemudian dimodifikasi dengan penambahan rasa yang tentunya meningkatkan value/nilai jual dari enbal itu sendiri.Â
Kini Enbal tidak hanya dikenal sebagai makanan pengganti nasi, namun belum lengkap rasanya mengunjungi Kei tanpa membawa oleh-oleh Enbal.Â
Yuk, agendakan untuk ke Kepulauan Kei. Bisa cek link video YouTube untuk melihat prosesnya secara lengkap. Salam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H