Martin Heidegger adalah salah satu filsuf terbesar abad ke-20 yang dikenal melalui karya utamanya, Being and Time (Sein und Zeit). Heidegger membangun kerangka pemikiran eksistensialisme yang unik dengan fokus pada konsep “Being” (“Ada”). Dalam filsafatnya, ia menekankan pentingnya memahami keberadaan manusia sebagai sesuatu yang berbeda dari sekadar objek duniawi.
POV Heidegger tentang Being
Heidegger membedakan antara being (Ada) dan beings (hal-hal yang ada). Ia berargumen bahwa manusia adalah satu-satunya entitas yang memiliki kesadaran akan keberadaannya, yang disebut sebagai Dasein (“Ada-di-sini”). Menurut Heidegger, Dasein tidak hanya berada di dunia secara pasif, tetapi juga secara aktif terlibat dengan dunia. Ini berarti manusia memiliki kemampuan untuk merefleksikan eksistensinya, menanyakan makna hidup, dan mengambil tanggung jawab atas pilihannya.
Dalam pandangan Heidegger, manusia sering terjebak dalam rutinitas sehari-hari yang ia sebut sebagai das Man (“Mereka” atau “orang banyak”). Dalam keadaan ini, manusia cenderung mengikuti norma-norma sosial tanpa refleksi, kehilangan otentisitas, dan melupakan tugas mendasar mereka sebagai makhluk yang bertanya tentang makna keberadaan.
Menjadi Manusia yang Menjalankan Misi di Dunia
Heidegger menekankan pentingnya menjalani hidup secara otentik. Ini berarti kita harus menyadari fakta bahwa keberadaan kita terbatas oleh waktu – yaitu, kita semua menuju kematian (being-towards-death). Kesadaran akan kefanaan ini bukanlah sesuatu yang
perlu ditakuti, tetapi harus menjadi dorongan untuk hidup dengan lebih bermakna. Menjalankan misi di dunia menurut Heidegger berarti:
1. Menghadapi Kehidupan dengan Kesadaran Penuh: Hidup otentik dimulai dari keberanian untuk menghadapi kenyataan, termasuk penderitaan dan keterbatasan hidup. Kesadaran ini membantu kita memilih jalan hidup yang sesuai dengan panggilan batin kita.
2. Melampaui Rutinitas: Dalam masyarakat modern, kita sering terserap dalam pola hidup yang konsumtif dan materialistis. Heidegger mengajak kita untuk melampaui “das Man” dengan menentukan tujuan hidup berdasarkan refleksi mendalam, bukan sekadar mengikuti arus.
3. Mengambil Tanggung Jawab: Menjadi Dasein berarti kita adalah makhluk yang bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Kita memiliki kebebasan untuk memilih, tetapi kebebasan ini datang dengan konsekuensi yang harus kita hadapi dengan penuh kesadaran.
Relevansi Filsafat Heidegger di Zaman Sekarang
Di era modern yang penuh distraksi dan informasi instan, filsafat Heidegger menjadi semakin relevan. Banyak orang merasa kehilangan arah di tengah tekanan budaya kerja, media sosial, dan ekspektasi masyarakat. Konsep otentisitas Heidegger mengingatkan kita untuk memperlambat langkah, merefleksikan tujuan hidup, dan mencari makna di luar kesibukan sehari-hari.
Dalam konteks zaman sekarang, menjalankan misi sebagai manusia yang Being bisa berarti: