Di era yang terus berubah ini, pembagian generasi menjadi salah satu cara untuk memahami bagaimana kelompok manusia yang lahir dalam rentang waktu tertentu terpengaruh oleh kondisi sosial, politik, teknologi, dan ekonomi. Setelah Generasi Alpha (lahir sekitar 2010--2029), kita kini bersiap menyambut Generasi Beta, yang diperkirakan mulai hadir di awal 2025-an. Namun, apa sebenarnya yang bisa kita harapkan dari generasi yang baru ini?
Kilas Balik Perjalanan Generasi
Sebelum membahas Gen Beta, mari kita lihat perjalanan panjang lintas generasi yang telah membawa kita ke titik ini:
Baby Boomers (1950-1964)
- Dilahirkan setelah Perang Dunia II, generasi ini menikmati kemakmuran ekonomi pasca-perang. Mereka identik dengan etos kerja keras, stabilitas, dan kehidupan berbasis keluarga tradisional.
Generasi X (1965-1979)
- Dikenal sebagai generasi "jembatan," mereka tumbuh di tengah perubahan sosial besar seperti pergerakan hak-hak sipil dan revolusi digital awal. Generasi ini lebih independen dibanding generasi sebelumnya.
Generasi Y atau Milenial (1980-1994)
- Tumbuh bersama perkembangan internet, generasi ini dikenal adaptif dengan teknologi dan mengutamakan pengalaman dibanding kepemilikan barang.
Generasi Z (1995-2009)
- Digital natives sejati, mereka hidup dengan smartphone dan media sosial. Mereka kritis, kreatif, dan berorientasi pada isu-isu global seperti lingkungan dan keadilan sosial.
Generasi Alpha (2010-2024)
- Generasi ini lahir dalam era teknologi tinggi, dikelilingi oleh kecerdasan buatan, dan kemungkinan menjadi generasi paling terdidik sejauh ini.
Menyongsong Generasi Beta
Jika Generasi Alpha sudah sangat dipengaruhi oleh teknologi, maka Generasi Beta diperkirakan akan tumbuh dalam dunia yang sepenuhnya terintegrasi dengan kecerdasan buatan, robotika, dan virtual reality. Menurut Dr. Mark McCrindle, seorang futurolog asal Australia, Generasi Beta bisa menjadi generasi yang sepenuhnya "immersive," di mana batas antara dunia nyata dan digital semakin kabur.