ekologi. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh yang memperkenalkan gagasan Ecology Spiritual, yang mengajak manusia untuk melihat hubungan mereka dengan alam sebagai bagian integral dari hubungan spiritual dan kosmik. Berry percaya bahwa pemahaman yang mendalam tentang alam tidak hanya penting untuk keberlanjutan lingkungan, tetapi juga sebagai jalan menuju kesadaran ilahi. Â
Thomas Berry (1914-2009) adalah seorang teolog, filsuf, dan ekolog yang memadukan konsep spiritualitas dengan pemahaman mendalam tentang
POV Thomas Berry
Berry sering menggambarkan bumi sebagai sebuah komunitas sakral yang saling terkait, bukan sekadar kumpulan sumber daya untuk dimanfaatkan manusia. Dalam bukunya yang terkenal, The Dream of the Earth (1988), ia menekankan bahwa krisis ekologis yang kita hadapi merupakan hasil dari disintegrasi hubungan manusia dengan alam. Ia mengkritik cara pandang modern yang sering memisahkan manusia dari alam, baik secara fisik maupun spiritual. Â
Berry percaya bahwa manusia harus memahami dirinya sebagai bagian dari narasi kosmik yang lebih besar. Bagi Berry, evolusi alam semesta adalah sebuah "kisah sakral" yang menunjukkan hubungan mendalam antara penciptaan, makhluk hidup, dan Sang Ilahi. Â
Ekologi dan Unsur Ketuhanan
Bagi Berry, alam tidak hanya memiliki nilai material, tetapi juga nilai intrinsik yang sakral. Ia meyakini bahwa setiap elemen di bumi-(tanaman, hewan, gunung, laut) mencerminkan manifestasi kehadiran Tuhan. Dalam pandangan ini, merawat bumi adalah bentuk ibadah yang mendekatkan manusia pada Sang Pencipta. Â
Berry mengusulkan konsep "Komunitas Bumi" (Earth Community), di mana semua makhluk hidup dipandang sebagai bagian dari sebuah jaringan kehidupan yang saling mendukung. Ia menekankan bahwa penghormatan terhadap alam adalah ekspresi dari penghormatan terhadap Tuhan, karena Tuhan bekerja melalui ciptaan-Nya. Â
Kritik terhadap Konsumerisme dan Teknologi
Thomas Berry secara vokal mengkritik budaya konsumerisme dan eksploitasi teknologi yang merusak bumi. Ia menyebut bahwa paradigma modern sering kali melupakan bahwa alam bukanlah "barang mati" yang bisa dimanfaatkan tanpa batas. Sebaliknya, ia mendorong adanya perubahan cara pandang, dari dominasi terhadap alam menjadi kemitraan yang saling menghormati. Â
Berry juga menegaskan bahwa perubahan ini membutuhkan transformasi spiritual. Hanya dengan mereformasi cara manusia memahami perannya di alam semesta, kita dapat menciptakan harmoni yang sejati antara manusia, alam, dan Tuhan. Â
Gagasan tentang "Era Ekologis"
Salah satu warisan intelektual terbesar Berry adalah visinya tentang "Era Ekologis". Ia percaya bahwa umat manusia harus bergerak melampaui era industri dan teknologi menuju era yang didasarkan pada nilai-nilai ekologis. Era ini bukan hanya tentang pelestarian lingkungan, tetapi juga tentang menghidupkan kembali hubungan manusia dengan alam sebagai bentuk ekspresi cinta dan spiritualitas. Â
Era Ekologis ini, menurut Berry, membutuhkan pendidikan yang mendalam tentang narasi kosmik dan hubungan spiritual manusia dengan alam. Ia mengajak semua pihak (agama, sains, dan budaya) untuk bersatu dalam menciptakan sebuah masa depan yang berkelanjutan dan bermakna. Â
Relevansi Gagasan Berry Saat Ini
Di tengah krisis iklim global yang semakin parah, gagasan Thomas Berry menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Pendekatannya yang menyatukan sains, spiritualitas, dan etika menawarkan perspektif holistik untuk menghadapi tantangan ekologis modern. Â
Mengintegrasikan unsur ketuhanan dalam ekologi tidak hanya mengajak manusia untuk peduli terhadap lingkungan, tetapi juga membuka dimensi baru dalam melihat hubungan antara Tuhan, alam, dan umat manusia. Dengan mengikuti jejak Berry, kita diingatkan bahwa menjaga bumi adalah tugas suci yang melibatkan tanggung jawab spiritual, etis, dan ekologis. Â
Sebagaimana yang sering disampaikan Berry, "Bumi bukanlah milik kita. Kita adalah milik bumi." Dalam kata-kata ini terkandung panggilan untuk kembali menghormati kehidupan dalam segala bentuknya, sebagai bagian dari perjalanan bersama menuju kedamaian kosmik yang sejati. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H