Oleh Yohanes Manhitu
Di pucuk lembutmu itulah
kata-kata temukan landasan
'tuk beterbangan ke segala arah
bagai kupu-kupu di tepi telaga.
Apalah artinya lidah yang lincah
bila tiada mulut yang mengandung?
Dan apa pula artinya mulut emas
bila tiada kau yang jadi mahkota?
Tebal-tipis tak mengubah namamu;
agak basah, kau tampak makin nyata.
Namun, dalam kenyataan, tak langka
kau begitu digerakkan dalam getah.
Oh bibir, di pucukmu berkuntum harapan
yang benihnya berasal dari taman kalbu!
Tapi, badai kering nan sering menyapu
membuatnya tiada sempat mekar.
Yogyakarta, 14 Februari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H