Mohon tunggu...
Yohanes Maharso
Yohanes Maharso Mohon Tunggu... Lainnya - Communers'19

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Migrasi Digital Televisi Lokal untuk Kelestarian Kearifan Lokal

20 Agustus 2021   21:35 Diperbarui: 20 Agustus 2021   23:09 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya rindu menonton acara favorit saya di masa kecil yaitu acara wayang kulit yang disiarkan oleh salah satu televisi lokal. Saat ini, acara tersebut tidak dapat saya saksikan karena kualitas siaran televisi lokal yang cukup buruk di daerah saya."

Kualitas siaran televisi yang buruk dapat terjadi karena siaran televisi di Indonesia masih menggunakan sistem analog. Sinyal televisi analog dipancarkan melalui sinyal radio yang sangat tergantung pada jarak dan kondisi geografis. Sistem ini memang memiliki keterbatasan dimana semakin jauh suatu daerah dari stasiun pemancar televisi, sinyal yang diterima akan semakin lemah. Tentu saja, gambar yang diterima menjadi kurang bersih dan suara yang didengar menjadi kurang jernih.

Kualitas siaran yang buruk merupakan kerugian bagi seluruh lembaga penyiaran, tak terkecuali televisi lokal. Kualitas siaran yang buruk ini membuat masyarakat enggan menonton acara tersebut, sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah penonton. Padahal, televisi lokal sebenarnya memiliki cakupan yang sudah sangat terbatas karena hanya bisa dinikmati oleh konsumen pada daerah-daerah tertentu yang menjadi cakupan wilayahnya.

Pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah berusaha menghadirkan solusi melalui migrasi digital yang merupakan amanat dalam UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Seluruh lembaga penyiaran termasuk televisi lokal wajib melakukan migrasi digital selambat-lambatnya pada 2 November 2022.

Digitalisasi penyiaran memang merupakan suatu keniscayaan yang perlu dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan dalam dunia penyiaran. Kualitas gambar yang bersih, suara yang lebih jernih, dan konten yang semakin beragam menjadi jaminan dari migrasi digital. Pembahasan kali ini akan lebih berfokus pada peluang migrasi digital bagi televisi lokal. Televisi lokal dipilih karena memiliki lebih banyak keterbatasan daripada televisi nasional dalam proses migrasi digital. Akan tetapi, migrasi digital ini sekaligus memberikan peluang yang sangat besar sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh televisi lokal selama ini.

Televisi lokal merupakan lembaga penyairan yang menyajikan konten-konten khas dengan nilai-nilai budaya lokal. Konten-konten lokal yang diproduksi oleh televisi lokal ini sebenarnya sangat berpotensi untuk mengenalkan potensi daerah. Tentu saja, konten-konten lokal yang disiarkan oleh televisi lokal juga dapat menjadi upaya dalam melestarikan budaya lokal sekaligus mengenalkan budaya lokal kepada kaum muda.

Digitaliasi penyiaran yang memberikan jaminan adanya peningkatan kualitas siaran yang lebih bersih, jernih, dan canggih, menghadirkan beragam peluang bagi televisi lokal. Pertama, dengan adanya migrasi digital televisi lokal akan berada pada posisi yang setara dengan berbagai televisi lainnya baik tingkat lokal maupun nasional. Sebelum melalui proses migrasi digital, salah satu tantangan terberat yang dialami oleh televisi lokal adalah persaingan dengan televisi nasional yang notabene sudah sangat kuat dengan modal, infrastruktur, dan juga sumber daya manusianya. Dengan adanya migrasi digital baik televisi lokal maupun televisi nasional akan sama-sama berada pada titik nol. Jika sudah berada pada titik yang sama tersebut, maka penentunya adalah kualitas konten. Jika konten yang dihasilkan oleh televisi lokal memiliki kualitas yang baik, maka bisa saja televisi lokal dapat mengalahkan dominasi televisi nasional yang saat ini ada pada penyiaran analog.  

Kedua, migrasi digital akan membantu televisi lokal dalam menghadapi permasalahan mengenai biaya. Televisi lokal memiliki keterbatasan modal sekaligus pembiayaan yang relatif lebih kecil daripada televisi nasional. Dalam siaran analog, televisi lokal perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk pemeliharaan infrastruktur serta produksi konten. Digitalisasi memungkinkan televisi lokal untuk mengeluarkan biaya yang lebih murah dibandingkan analog karena televisi lokal tidak harus mengeluarkan biaya perawatan infrastruktur yang cukup mahal. Biaya yang biasanya digunakan untuk perawatan infrastruktur dapat dialihkan untuk mengoptimalkan produksi konten lokal.

Tiga, digitalisasi memungkinkan televisi lokal memiliki database digital terkait pengakses atau pengguna televisi lokal yang selama ini datanya tidak dapat diperoleh dari Nielsen. Database digital ini tentu sangat berguna sebagai rujukan dalam dinamika produksi media. Televisi lokal dapat lebih mudah dalam memetakan konten-konten apa saja yang diminati oleh masyarakat, dan jam-jam berapa saja masyarakat banyak menyaksikan konten-konten yang diproduksi oleh televisi lokal, terutama untuk memperoleh iklan. Selain itu, database ini dapat digunakan untuk mendukung bisnis media, terutama untuk memperoleh iklan.

Empat, konten-konten lokal yang menjadi ciri khas dari televisi lokal akan semakin unggul. Dalam siaran analog, televisi lokal terkesan cukup lesu dalam menyajikan konten-konten lokal. Hal ini sebenarnya sangat wajar terjadi, mengingat minimnya biaya yang dimiliki oleh televisi lokal dan juga minimnya masyarakat yang mengakses televisi lokal karena kesulitan dalam memperoleh kualitas siaran yang baik. Dengan adanya migrasi digital, televisi lokal dapat lebih bergairah dalam menyajikan konten-konten lokal. Biaya yang sebelumnya digunakan untuk pemeliharaan infrastruktur dapat digunakan untuk produksi konten lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun