Aku yakin sedang berhalusinasi. Tapi wanita itu kian mendekat dan hendak meraih tubuhku. Sekonyong-konyong timbul rasa ketakutan yang luar biasa, jangan-jangan aku sedang bertemu ratu penghuni gunung ini! sontak ia menyebut namaku, Bonny...... ini aku. Aku datang untukmu...terimalah diriku.Â
Wanita itu terisak-isak hendak memelukku. Seketika kesadaranku normal. Ya, aku tidak berhalusinasi! wanita bergaun pengantin yang hendak memeluk tubuhku ini adalah Endang, Endang Kusuma. Â Mau apa kau ke sini, Endang? tanyaku.
A a a a aku kabur! Â jawabnya.
Kabur? tanyaku bingung.
Iya, malam ini acara resepsi pernikahanku dengan mas Budiman. Tapi....aku....aku tak bisa melupakanmu Bon! Aku disuruh merias busana dan make up wajah di salon Bu Icah, ketua RT kita.Â
Lantas aku melihatmu lewat ke arah surau ini, tempat duduk kita berdua dulu. Ya rencanaku untuk kabur akhirnya tercapai.
Aku tak berkata sepatah kata pun. Malah aku duduk membelakanginya dan menatap ke arah gunung. Jangan kau lakukan tindakan bodoh ini, Endang. Sewaktu engkau dilamar, kau sadar kan? sewaktu menjalin hubungan asmara kau  normal kan?
Ia hanya tertunduk sambil menangis.
Nah, kenapa sekarang kau berpura-pura tak waras untuk mengejarku ke sini. Hentikan kamuflasemu! jangan berpura-pura bodoh, jangan berpura-pura gila. Kau waras kan?
Suara tangisannya bertambah keras. Ia mendekapku dari belakang, dengan terisak-isak.
Kisahnya rumit Mas...