Sayup-sayup terdengar suara gaduh seperti di pasar. Aku merasa tubuhku sedang tertidur. Apakah aku tertidur di pasar? Aku membuka mata lebar-lebar. Benar, banyak kerumunan orang di sekitar sini. Banyak juga yang tidur seperti aku. Tapi bukan di pasar. Petugas dengan baju putih menghampiriku. Dik istirahat dulu ya, "katanya.
Maaf, aku dimana ini, pak!
Oh... kamu kemarin ditemukan pingsan di dekat sebuah warung di pantai wisata. Petugas SAR lantas membawamu ke rumah sakit ini untuk dirawat. Kamu istirahat dulu. Nanti kalau dokter memperbolehkan pulang, ya kamu bisa pulang.
Pulang? pulang kemana? jantungku berdebar kencang. Kupenjamkan mata.
"Maaf Deni, kami baru menjengukmu sekarang,"suara tiba-tiba muncul di hadapanku..
Indra dan jafar menghampiriku, memelukku dengan tetesan air mata. Tidak apa-apa sahabatku. Kalian sudah datang untukku sekarang. Terima kasih atas perhatian kalian.
Kami mau ngomong sesuatu padamu, tapi bolehkah kami mengatakannya sekarang, atau setelah kamu pulang nanti, ya terserah kamu.Â
Kutatap mereka dalam-dalam. Aku berusaha menangkap sinyal di mata mereka. Tak ada makna tersingkap di sana. Ayo katakan sekarang!
Mereka termenung agak lama. Jafar mendekat lalu menggenggam jemariku.
Ibumu telah meninggal dunia kemarin siang di rumah sakit ini, dan jasadnya telah dimakamkan karena tubuhnya hancur tertimpa rangka atap dapur.
Ibu!......Ibu!........ hatiku kembali hancur untuk kesekian kalinya.