Mohon tunggu...
Yohanes Jonathan
Yohanes Jonathan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Seorang pelajar yang berusaha menjadi mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kita Berbeda, Kita Satu

22 November 2024   06:39 Diperbarui: 22 November 2024   07:06 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto umat beragama (sumber: https://www.bola.com/ragam/read/5090780/contoh-contoh-toleransi-antarumat-beragama-di-indonesia

Kita tinggal di Indonesia tercinta ini. Negara yang kaya akan banyak hal. Salah satu contoh bahwa negara ini begitu kaya adalah dari perbedaan yang ada di dalamnya. Terkadang, kita terlalu fokus memikirkan cara untuk membuat seluruh manusia yang ada di sekitar sejalan dengan kita. Padahal, apakah dunia ini akan menarik bila semuanya sama? Gado-gado menjadi makanan yang menarik karena segala macam bahan menjadi satu sehingga menjadi suatu hidangan yang menakjubkan bukan?

Pagi pertama di pondok pesantren, akhirnya kami memiliki pengalaman dibangunkan oleh kajian dengan suara yang cukup kencang. Tentu saja, masjid hanya tersekat beberapa bagunan dari tempat tinggal yang disediakan. Pada saat itu, rasanya begitu berisik memang, karena saya sendiri tidak terbiasa akan hal tersebut. Namun, rasa lelah ternyata lebih mendominasi sehingga saya terlelap kembali. Tidak lama kemudian, ada guru yang datang membangunkan kami. Saat itu masih pagi buta dan kami harus pergi ke masjid untuk mengikuti pengajian.

Subuh itu, dingin menusuk hingga ke tulang. Suasana Ciwidey yang masih gelap, tetapi sudah banyak orang yang berdatangan ke masjid. Para siswa dari Jakarta hanya menyaksikan di pinggir jalan sambil berusaha untuk menghangatkan badan. Hal yang cukup menarik adalah melihat para orang yang berdatangan tidak terlihat menggigil, sedangkan kami rasanya seperti mau membeku. Setelah menunggu sekian lama dengan badan menggigil, akhirnya salat subuh selesai dan kami dipersilahkan untuk masuk ke dalam masjid. Tentu saja rasa senang menyelimuti, sebab setidaknya akan lebih hangat di dalam. Sesampainya di dalam, kami diajak untuk mengikuti pengajian yang dilakukan secara berkelompok. Pada saat itu juga, salah satu santri menginformasikan mengenai hal yang dilakukan para santri pada saat itu. Hal ini menjadi cukup menarik dan cukup membuka wawasan bagi saya.

Kebiasaan Melekat

Kami sempat diajak untuk mengikuti kegiatan sehari-hari yang dijalankan oleh para santri, dari sekolah, mengaji, hingga suatu kegiatan untuk melatih potensi dari para santri. Pertama, saya dengan kelompok diajak untuk masuk ke kelas yang sedang berjalan. Saat itu pelajaran yang sedang berlangsung mengenai pendidikan sejarah agama Islam. Saat itu adalah mengenai perjalanan dari Kerajaan Demak. Memang, di Jakarta hal seperti ini juga sudah diajarkan, tetapi kami lebih diperlihatkan lagi mengenai sudut pandang Islam akan hal tersebut, yang membuat saya jadi lebih tertarik lagi untuk mengikutinya.

Pada pesantren ini juga tidak hanya melatih mengenai kemampuan agama, tetapi juga potensi humaniora dari para santri, salah satunya adalah pelatihan tata boga. Kami juga diajak untuk ikut dinamika tersebut yang cukup menarik bagi saya. Hal tersebut memberikan pengalaman baru bagi saya yang juga membuka wawasan bagi diri saya sendiri. Tidak heran, bila para santri yang lulus dari pesantren tersebut memiliki potensi besar tidak hanya dari segi agama, tetapi juga untuk kualitas potensi diri.

Mengikuti kegiatan mengaji bukanlah hal yang biasa bagi saya seorang penganut agama Katolik. Namun, saya tetap ingin mencoba pengalaman untuk mengikuti kegiatan tersebut. Saya sudah sering melihat melalui internet dan ingin merasakannya secara langsung di tengahnya. Saya pikir, akan ada suasana yang tidak nyaman ketika kegiatan berlangsung. Ternyata, saya salah besar. Saya memang tidak mengerti akan yang diucapkan pada pengajian tersebut, tetapi rasanya begitu nyaman untuk mendengarnya. Seolah, masalah hidup menumpuk yang ada di Jakarta itu terhenti sejenak. Hal inilah yang membuat saya jadi sadar, bahwa meski kepercayaannya berbeda-beda, Tuhannya tetaplah sama. Jadi, ketika mengikuti pengajian tersebut, sama saja seperti berdoa kepada Tuhan saya sendiri.

Kesederhanaan

Ketika di pondok pesantren, saya menyadari bahwa tempat ini memang penuh dengan kesederhanaan. Hal tersebut sudah amat terasa dari tempat kami untuk beristirahat, meski sudah termasuk mewah sebenarnya. Hal tersebut pun karena tempat yang kami pakai adalah kamar untuk orang magang. Namun, hal tersebut justru yang membuat rasanya nyaman untuk tinggal di tempat tersebut. Rasanya kebahagiaan begitu sederhana. Di kamar yang sederhana itu, kami bisa mengistirahatkan rasa lelah luar biasa.

Tempat untuk para santri melakukan kegiatan pembelajaran juga berbeda dengan sekolah yang berjejer di sekitar Jakarta. Di gedung untuk sekolah hanya ada dua kelas yang dipisahkan oleh tembok yang tidak mencapai atap. Jadi, pembelajaran di kelas sebelah dapat terdengar dengan jelas. Kemudian di temboknya sendiri ada lubang membentuk pintu, tempat untuk guru berpindah tempat. Di kelas tersebut juga hanya ada papan tulis sebagai media untuk mempermudah guru melakukan pengajaran kepada para santri.

Indahnya Keberagaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun