YOGYAKARTA; (9/3) - Cuaca yang tidak menentu pada akhir-akhir ini di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, menyebabkan petani Lombok di Sewon, Bantul merugi. Apalagi permintaaan melonjak di awal bulan ini. Cuaca yang ekstrim ini ditengarai oleh petani karena perubahan panas global. Di tengah isu ini mereka mendapat penyuluhan dari Badan Metrologi, Klimatologi dan Geofisika melalui kunjungannya beberapa hari yang lalu yang menghimbau supaya petani tidak hanya menanam satu komoditas saja. Karena sampai saat ini cuaca di sekitar khatulistiwa tidak bisa diprediksi.
“Kami harusnya panen bulan ini, namun karena hujan turun terus beberapa hari kemarin akhirnya banyak Lombok yang busuk dan tidak layak jual” ungkap Lastri salah satu petani di Sewon. Pihaknya mengaku merugi sekitar hampir 3 kuintal sehari, pihaknya juga mengeluhkan bahwa sampai sekarang tidak ada bantuan dari pihak pemerintah kabupaten Bantul untuk menanggapi kondisi ini.
Petani Lombok di bantul juga sangat berharap musim yang seharusnya kemarau ini bisa kembali normal pada minggu depan, pihaknya prihatin dengan harga Lombok yang melonjak tajam di pasaran. “ Kami dengar di pasar cabai hijau di pasar, harganya bisa sampai Rp. 150,- dan itu sangat memberatkan ibu-ibu pastinya” ujarnya.
Untuk menanggulangi terjadinya gagal panen akibat cuaca ekstrim yang tidak dapat diprediksi, petani di Sewon akhirnya memilih untuk menanam tanamanyang relatif lebih stabil seperti kacang panjang, jipang dan ketela. Pihaknya juga berharap ada perhatian dari pemerintah untuk memberikan bantuan bibit pada petani yang mengalami kerugian. Sebab tidak lama lagi para petani memprediksi kebutuhan lombok, dan sayuran akan melonjak karena kelangkaan ini. “ Pemerintah harusnya peka terhadap masalah rakyat kecil semacam kita” ungkapnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI