Tak hanya Infatino, semua insan sepak bola dunia pun menyampaikan belasungkawa mereka, termasuk media-media internasional.
Apakah kita bangga nama sepak bola Indonesia akhirnya ramai dibicarakan di seluruh dunia? Apakah kita senang nama klub Indonesia dibahas di planet bumi ini?
Jawabannya jelas Tidak. Karena yang dibahas adalah tragedi, bahkan tragedi yang disebut Tragedi Kanjuruhan ini masuk dalam urutan kedua sebagai tragedy paling parah dalam dunia sepak bola.
Berita tentang kematian suporter karena menonton pertandingan di Indonesia, khususnya pertandingan besar lama-lama bukan lagi menjadi berita besar, tetapi menjadi berita yang biasa.
Berita kematian suporter yang mati sia-sia di Indonesia memang bisa dibilang cukup sering terjadi, namun mengapa tidak pernah menjadi pelajaran yang benar-benar dipelajari oleh pihak manapun, entah itu dari suporter sendiri, panitia pelaksana, maupun pihak kepolisian.
Banyak sekali suporter yang tidak bisa menerima tim kesayangannya kalah, jika sudah kalah maka berbuat onar, rusuh, menyerang wasit, menyerang tim sendiri, berbuat anarki seolah-olah menjadi jawaban jika tim mereka bakal menang.
Apakah harus dibuat aturan baru, di mana hasil pertandingan hanya boleh berakhir imbang saja, tanpa ada kemenangan dan kekalahan?
Atau juga dibuat aturan, jika tidak bisa menerima timnya kalah, maka lebih baik jangan nonton atau jangan mendukung tim sepak bola.
Imbas dari Tragedi Kanjuruhan ini memang paling fatal dibanding kejadian-kejadian sebelumnya.
Selain banyaknya nyawa yang melayang sia-sia, dampak buruk lainnya pun menghampiri sepak bola Indonesia, yaitu SANKSI!
Ya, sanksi berat untuk Indonesia dari FIFA tentu tinggal menunggu waktu saja. Kabar duka memang dihormati, tetapi hukuman tetap harus dijalankan.