Barcelona perlahan kembali memperlihatkan lagi gaya khas permainan mereka, Tiki-Taka di bawah arahan sang legenda, Xavi Hernandez.
Terakhir kali, Barca menyuguhkan permainan Tiki-taka modern di tahun 2017 lalu saat mereka ditangani oleh Luis Enrique yang kini menangani Timnas Spanyol.
Setelah itu, di musim 2017-18 dan seterusnya, Barca ditangani mulai dari Ernesto Valverde, Quique Setien, hingga Ronald Koeman terus mengalami perubahan gaya bermain.
Permainan Tiki-taka mereka sejatinya mulai memudar ketika ditangani oleh Valverde yang mengusung skema permainan menyerang dan cepat.
Meski menghilangkan warna khas dari Blaugrana, setidaknya Valverde mampu memberikan dua gelar LaLiga Spanyol, dan masing-masing satu gelar Copa del Rey dan Piala Super Spanyol.
Magis Barca pun di kancah domestik maupun Eropa perlahan mulai lenyap sehingga tak sedikit kursi pelatih mereka sering goyah.
Tak ada lagi permainan khas Tiki-taka Barcelona yang dimunculkan kembali oleh Pep Guardiola di tahun 2008 dan dikembangkan lagi oleh Enrique.
Permainan Barca menjadi tanpa arah, skema permainan menyerang yang ingin dijadikan warna baru tak mampu membuahkan hasil.
Tak heran jika gelar LaLiga berpindah ke Kota Madrid, di mana dua klub kota tersebut, yakni Real Madrid dan Atletico Madrid silih bergantian menjadi juara.
Belum lagi masalah internal Barcelona dengan manajemen dan Presiden klub membuat mental dan semangat para pemain selalu terganggu.