Bukan hanya LaLiga, berkat racikan Diego Simeone juga Atletico Madrid pernah menjadi juara di ajang Copa del Rey, Piala Super Spanyol, serta dua gelar Liga Europa dan Piala Super Eropa.
Dengan demikian, Diego Simeone memang pantas dibuatkan patung sebagai bentuk penghargaan untuk jasanya tersebut.
Jurgen Klopp
Hampir 10 tahun lamanya Liverpool berada dalam masa kelam untuk bersaing gelar juara, sebelum kehadiran Jurgen Klopp di Anfield pada tahun 2015 lalu, The Reds terakhir merasakan bagaimana menjadi tim yang disegani adalah pada tahun 2005 silam ketika mereka menjuarai Liga Champions.
Setelah itu, penampilan yang jauh dari kata konsisten membuat Liverpool kerap dipandang sebelah mata dalam perebutan gelar juara, terlebih munculnya Chelsea dan Man City yang memiliki kekuatan finansial membuat Liverpool semakin tak masuk dalam hitungan persaingan perebutan gelar juara.
Kehadiran Klopp pun memberikan perbedaan, pelan tapi pasti, pelatih asal Jerman itu mampu membangkitkan semangat juara Liverpool yang pada akhirnya sukses mempersembahkan gelar Liga Champions di tahun 2019 dan gelar Liga Inggris di tahun 2020.
Tentunya, fans Liverpool patut berterima kasih ke Jurgen Klopp karena hampir 30 tahun lamanya The Reds tak merasakan menjadi juara Liga Inggris di kasta tertinggi, yakni Liga Primer Inggris.
Pep Guardiola
Mungkin banyak yang menilai jika Pep Guardiola merupakan salah satu pelatih yang hanya mau melatih klub besar dan memiliki kekuatan finansial. Meski demikian, harus diakui juga jika pelatih berdarah Spanyol ini mempunyai otak yang jenius dalam melatih sebuah tim.
Ya, mau sekaya atau sekuat apapun kekuatan finansial yang dimiliki sebuah klub, namun jika tak mampu meracik taktik dengan baik, maka mereka tidak bisa mendapatkan gelar juara dan Pep Guardiola lah termasuk pelatih yang mempunyai sejumlah taktik brilian.
Bukan hanya tim dilatihnya sekarang, yakni Manchester City yang mampu ia jadikan salah satu tim tangguh di Eropa, tetapi juga mantan klub sebelumnya, Barcelona, di mana Pep juga berhasil mengembangkan taktik bernama tiki-taka yang sebenarnya pernah diusung oleh legenda, Johan Cruyff di awal tahun 1990an.