Sebetulnya, sangatlah wajar jika manusia itu baper, karena manusia memang memiliki hati dan perasaan.
Saya sangat yakin 100 persen, orang yang dengan mudah menyebut orang lain baperan, di saat dirinya sedang sakit hati atau emosi, dia bakal tidak terima jika dirinya disebut baper.
Ironisnya, kata baper bukan hanya terjadi atau digunakan oleh kalangan remaja maupun dewasa, tetapi juga anak-anak yang masih kecil.
Kisah ini pernah saya dengar di suatu tempat, kala ada anak-anak sedang bermain dan ada satu anak yang tidak diajak bermain lalu merasa kesal.
Tiba-tiba ada anak lain dengan entengnya mengatakan, "Baperan lu bocah! Lu juga kan gak bisa main, pulang sana."
BACA JUGA: Servis Septic Tank, Pekerjaan Kotor yang Mulia
BACA JUGA: Nyatanya, Jadi Tukang Parkir Tak Semudah yang Dibayangkan
Ucapan itu sebenarnya cukup lucu dan mengerikan buat saya yang mendengarnya. Lucu karena anak itu menyebut temannya bocah, padahal dia sendiri masih bocah.
Ya saya tidak tahu, apakah dia kakaknya atau mungkin lebih tua dan mengerikannya adalah bagaimana jika ucapan tersebut membuat si anak yang dikatakan baper jadi benar-benar merasa diasingkan dan melakukan hal yang tak diduga?
Kata baper memang sangat mudah diucapkan dan membuat kita seakan terhindar dari menyakiti perasaan orang lain dan merasa orang yang kita sebut baper tidak perlu merasa sedih atau kesal, padahal kenyataannya pasti berbeda.
Mungkin kalau mau lihat dari sisi positifnya, kata baper bisa menjadi penguat agar kita bisa terus bergerak maju dan tidak terlalu larut dalam kesedihan, agar kita tidak terlalu gampang kecewa atau kesal.