Mohon tunggu...
Yohanes Ishak
Yohanes Ishak Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Olahraga, Hiburan, dan lain-lain

1 Korintus 10:13 || Jika ingin bekerjasama atau menulis ulang konten yang saya buat, silahkan hubungi email: Yohanes.Ishak92@gmail.com ||

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masa Sekolah: Satu Momen, Sejuta Kenangan

22 Maret 2021   19:49 Diperbarui: 22 Maret 2021   20:31 5557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa-masa sekolah terbilang masa yang menyenangkan (Foto: Dokumen Pribadi).

Beruntunglah bagi mereka yang bisa menikmati pendidikan di tingkat sekolah, termasuk saya sendiri. Mengapa beruntung? Karena di luar sana jelas banyak sekali pemuda-pemudi bangsa yang juga ingin belajar di sekolah, namun tidak bisa karena masalah utama, yakni biaya.

Bicara masa-masa di sekolah saat masih tingkat siswa maupun mahasiswa dapat dikatakan sebagai satu momen kehidupan, yaitu momen menjadi seorang pelajar yang normalnya 16 tahun belajar (enam tahun tingkat SD, tiga tahun tingkat SMP, tiga tahun tingkat SMA, dan empat tahun tingkat kuliah).

Jika sedang berkumpul dengan keluarga, teman, maupun sahabat, jika membicarakan masalah sekolah jelas tidak akan ada habisnya dan dapat dipastikan kita bisa menjadi tertawa jika mengenang masa-masa itu.

Karena saat itulah sejumlah kenangan yang bisa dibilang sebagai awal mula pembelajaran dimulai. Bukan hanya akademis yang didapat tetapi juga pembelajaran kehidupan, salah satunya jelas adalah bersosialisasi.

Sejak kecil di tingkat SD, bahkan di tingkat TK kita sudah mulai dibentuk untuk bisa bekerjasama dengan teman, terlebih jika dibentuk dalam sebuah kelompok oleh guru kita.

Tak hanya itu, tentu banyak juga seiring berjalannya waktu kita memiliki teman bermain sendiri di luar dari kelompok, di mana teman ngumpul ini memiliki banyak sekali jika dikategorikan.

Mulai dari kategori yang disebut kumpulan anak kutu buku, di mana kumpulan ini biasanya dibentuk oleh anak-anak yang gemar belajar, kemana-mana selalu memiliki buku yang berat dan kacamata yang tebal.

Kumpulan anak olahraga, mulai dari tim basket, tim futsal, maupun penyuka olahraga lainnya, lalu ada juga kumpulan anak hangout yang gemar jalan-jalan, entah itu, nonton film, jalan-jalan, dan kumpulan yang selalu ada di setiap orang adalah kelompok gibahin orang lain alias membicarakan orang.

Menariknya, bukan hanya membicarakan orang dari kelompok lain saja, tidak jarang teman dalam satu kumpulan juga menjadi bahan pembicaraan. Wajar namanya juga manusia.

Tentu tidak sedikit juga ada yang bernyanyi, bermain kartu, atau yang paling umum adalah bermain Pancasila Lima Dasar saat guru yang bersangkutan tidak bisa hadir.

Tak hanya itu, ketika memasuki masa remaja, mulai dari SMP, SMA, hingga akhirnya kuliah tentu juga ada masa-masa menyukai lawan jenis. Ada yang sudah berpacaran sejak SMP dan awet hingga menikah, dan seterusnya atau ada juga yang hanya sebatas menjadi primadona dalam kelas dan menjalin hubungan sebatas kedekatan saja tanpa ada dalam ikatan status.

Di sisi lain, kenangan yang pastinya selalu ada dalam setiap benak para pelajar adalah kekompakan mereka dalam satu hal. Di mana pastinya sebagian besar banyak yang tidak mengerjakan tugas dan berniat untuk tidak membahasnya ketika guru lupa untuk meminta tugas tersebut untuk dikumpulkan.

Kekompakan ini pun kian bertambah jika ada satu murid yang mengingatkan guru tersebut dan pada akhirnya murid itu akhirnya mendapat sorakan dari seisi kelas. Bukan tak mungkin pula jika ada yang berani datang pagi-pagi ke sekolahan hanya untuk mengerjakan tugas, terutama tugas matematika. Hayo, apakah Anda salah satunya? 

Kalau saya pribadi mengaku pernah tentunya, apalagi tugas matematika. Percaya atau tidak?  Meski tidak menyukai dan pernah tidak mengerjakan tugas matematika, nyatanya saya pernah mengingatkan guru matematika jika ada tugas yang dikumpul. 

Padahal, saya sendiri tidak mengerjakan tugas tersebut :D. Di satu sisi, saya memang iseng, tetapi di sisi lain, saya juga menyelamatkan diri sendiri dan teman lain yang tidak mengerjakan tugas dari amarah guru, ketika diminta untuk mengerjakan di depan namun tidak bisa.

Karena jika sudah seperti itu maka nama Anda akan terus berkumandang selama pelajaran dan sampai satu minggu akan terus terdengar. Jadi, daripada terkena 'musibah' itu, lebih baik dihukum berdiri di luar bukan? :D. Meski demikian, tindakan ini jelas tidak boleh ditiru yah! Terutama buat kalian yang masih menjadi pelajar.

Terkadang secara tak sadar, jika sudah kompak bukan hanya kenakalan dalam tidak mengejarkan tugas saja, tetapi juga kompak untuk bolos bersama. Di mana saat pagi hari sudah janji berkumpul di depan gerbang sekolah, namun bukan masuk ke kelas, melainkan pergi ke tempat lain, entah itu pergi ke warnet (zaman saya warnet masih ramai) atau tempat antah berantah lainnya. Untuk yang satu ini beruntung saya tidak melakukannya :D.

Yang menarik lagi adalah saat libur kenaikan kelas atau libur semester yang pastinya jeda waktu libur cukup panjang. Situasi ini biasa dimanfaatkan oleh banyak murid yang telah memiliki teman bermain untuk pergi berlibur bersama, entah itu ke puncak, keluar kota, atau yang mungkin banyak rezeki bisa juga berlibur ke luar negeri dan menghabiskan waktu bersama.

Momen liburan bersama teman selalu menjadi kenangan yang baik (Foto: Dokumen Pribadi).
Momen liburan bersama teman selalu menjadi kenangan yang baik (Foto: Dokumen Pribadi).
Masa-masa ini jelas lebih menyenangkan dan saya jamin, pastinya banyak di antara kita yang ingin kembali mengulang masa-masa tersebut. Namun bukan mengulang saat belajar di sekolah, melainkan masa-masa saat berlibur, bermain bersama, dan sejumlah aktivitas lainnya di luar akademis.

Namun sungguh unik, seiring berjalannya waktu. Kita tentu sudah jalan dengan kehidupan dan kesibukan masing-masing. Di situlah  yang menjadi menarik, karena saat kita bertemu teman lama yang dulunya kita sering mengobrol bersama, bercanda bersama, justru seakan menjadi tidak saling kenal.

Memang tentu ada saja yang masih menegur sapa, tetapi sebagian besar pastinya lebih memilih diam atau tidak menyapa. Banyak yang menjadi alasannya, mungkin karena buru-buru dengan aktivitas yang ingin dijalankan, mungkin karena merasa tidak enak, gengsi untuk menegur duluan, atau merasa tidak yakin jika dia adalah teman kita yang dulu (tidak yakin yang dimaksud adalah takut salah memanggil jika ternyata dia adalah orang lain yang wajahnya kebetulan mirip teman kita).

Meski demikian, kembali lagi kita harus bersyukur karena masih berkesempatan untuk memiliki satu momen dan sejuta kenangan tersebut.  Kita masih bisa juga menemukan setidaknya satu atau dua teman semasa sekolah atau kuliah yang masih bisa diajak untuk bertegur sapa.

Kita masih beruntung bisa merasakan sekolah, kuliah, dan memiliki banyak teman pada masa itu. Karena pastinya, di luar sana tentu tidak ada yang seberuntung kita. God Bless! :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun