Mohon tunggu...
Yohanes Ishak
Yohanes Ishak Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Olahraga, Hiburan, dan lain-lain

1 Korintus 10:13 || Jika ingin bekerjasama atau menulis ulang konten yang saya buat, silahkan hubungi email: Yohanes.Ishak92@gmail.com ||

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

3 Pelatih Bernama Beken Berstatus Pengangguran

17 Maret 2021   20:57 Diperbarui: 17 Maret 2021   21:18 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa modern sekarang ini, dunia sepak bola jelas sangat berbeda dengan beberapa dekade yang lalu.

Kalau dulu, setiap klub sepak bola banyak banget yang menghasilkan pemain dari produk akademi mereka ketimbang belanja pemain, kalau sekarang justru sebaliknya, uang yang berbicara daripada kualitas akademi.

Gak heran kalau banyak banget pelatih dari masing-masing klub yang dituntut harus bisa kasih gelar juara karena udah belanja banyak pemain yang pastinya menghabiskan uang dengan harga mahal.

Di sisi lain, nama besar klub juga harus dijaga baik-baik. Kalau enggak bisa juara, minimal bisa masuk empat besar di kancah domestik atau punya hasil yang cukup memuaskan.

Kalau banyak kalah dan permainan tim dianggep jelek, maka dengan sangat terpaksa pemilik klub yang punya uang harus coret si pelatih biar bisa jaga nama baik klub yang dia punya. Wajar juga pada akhirnya, sekarang ini banyak pelatih yang namanya mentereng harus nganggur karena dipecat oleh mantan klubnya.

Zaman sekarang ini semuanya mau instan, itu mutlak dan gak bisa dibantah. Sangat jarang ditemuin atau malah udah gak ada lagi klub yang pemiliknya bisa sabar untuk lihat timnya diproses kayak Manchester United di masa kepelatihan Alex Ferguson.

Uang berbicara, kalau Anda tidak bisa berikan hasil maksimal, mohon maaf silahkan kemasi barang karena posisi pelatih baru sudah siap didatangkan.

Kurang lebih begitulah ucapan perwakilan atau mungkin pemilik klubnya langsung buat si pelatih yang dianggap gagal kasih hasil terbaik. Terus siapa aja nih pelatih yang namanya mentereng tapi gak punya klub? Berikut ulasannya nih kawan:

Frank Lampard

theathletic.com
theathletic.com
Nama Frank Lampard emang bukan salah satu pelatih berkualitas, gelar aja belom punya, tapi kok bisa dianggep mentereng? Ya, legenda Chelsea yang satu ini sebelumnya emang melambungkan namanya sebagai pemain dan baru terjun ke dunia kepelatihan dalam beberapa musim terakhir.

Klub pertamanya itu Derby County, klub divisi kedua di Inggris di mana dia hampir bawa timnya itu lolos ke Liga Primer di musim 2019-2020.

Meski gagal, di musim 2019-2020 dia pindah ke Chelsea di saat klub London Barat ini lagi kena larangan transfer pemain, tapi Lampard bisa dibilang bagus karena bisa akhirin musm di posisi empat besar dan manfaatin sejumlah pemain yang ada dari akademi.

Sayangnya, di musim 2020-21 ini Lampard harus dipecat, karena setelah Chelsea bisa belanja pemain dan udah habisin duit banyak, dia dianggap gak bisa kasih kontribusi maksimal.

Sebenarnya wajar, karena para pemain The Blues itu masih baru dan banyak pula yang sering cedera, jadi butuh waktu buat bisa bentuk permainan terbaiknya.

Di sisi lain, Lampard juga kayaknya belom temuin satu formasi yang pakem, jadi di tiap pertandingan dia selalu ganti formasi ataupun pemain, jadi hasilnya sering ga maksimal.

Mungkin, kalo aja dia dikasih kesempatan lebih lama, Lampard bisa jadi pelatih top Eropa. Sayangnya, seperti yang udah dibilang di atas, era sekarang ini butuh yang instan jadi gak bisa tunggu lama-lama. Semoga ada klub yang bisa tampung Lampard terus dikasih waktu cukup ya.

Ernesto Valverde

africanmanager.com
africanmanager.com
Buat pencinta sepak bola LaLiga Spanyol, khususnya fans Barcelona pasti udah tahu betul sama pelatih yang satu ini. Berbeda sama Lampard, saat melatih Barcelona, Valverde mungkin bisa dibilang bukan pelatih yang gagal. Dia udah bantu sumbangin dua gelar LaLiga Spanyol, Copa del Rey, dan juga Piala Super Spanyol.

Sayangnya, di musim 2019-2020 performa Blaugrana angin-anginan, gaya main tiki-taka khas Barcelona juga jadi berubah jadi pragmatis.

Sekedar info buat yang belum tahu gaya bermain pragmatis itu adalah gaya bermain yang cenderung mengusung permainan bertahan yang solid, bermain agresif baik saat bertahan maupun menyerang, dan mengandalkan serangan balik yang mematikan.

Tidak ada yang salah dengan gaya permainan seperti itu, yang salah adalah gaya main itu digunakan buat Barca yang dianggap gak cocok dengan gaya bermain pragmatis.

Gak cuma itu, Valverde juga dinilai gagal kasih gelar Liga Champions ke Barca yang ironisnya di masa kepelatihannya itu, yang bisa juara Liga Champions justru rival seteru mereka, Real Madrid. Jadi, wajar aja kalo publik Camp Nou beserta fansnya pada kesel sampai akhrinya Valverde harus didepak.

Padahal, sebelum latih Barca juga juru taktik berusia 57 tahun ini cukup menyulitkan dan jadi momok di LaLiga saat dia masih besut Athletic Bilbao dari tahun 2013-2017.

Emang sih, dia gak bisa kasih gelar LaLiga ke Bilbao, tapi seenggaknya dia bisa gelar Piala Super Spanyol di tahun 2015 yang lawannya saat itu Barca sendiri.

Saat masih latih Bilbao juga beberapa kali Valverde bisa bikin Barcelona, Real Madrid, dan Atletico yang jadi pesaing LaLiga harus kepeleset atau gagal raih poin penuh.

Massimiliano Allegri

bola.com
bola.com

Nama terakhir datang dari Negeri Pizza, Massimiliano Allegri. Juru taktik asli asal Italia ini pernah sukses bersama AC Milan dan juga Juventus.

Terakhir kali, Allegri latih Juve di musim 2018-2019. Saat itu, banyak yang bilang kalo dia dipecat sama Bianconeri karena meski sering kasih gelar Scudetto, tapi dia gagal kasih gelar Liga Champions.

Tapi pada akhirnya, Juve mengeluarkan pernyataan kalau mereka gak lagi dilatih Juve karena keputusan bersama. Kontrak yang udah abis sama-sama gak mau diperpanjang oleh kedua belah pihak.

Kendati demikian, nama Allegri masih cukup sering dikaitkan dengan sejumlah klub elite Eropa, apalagi di Italia yang pastinya klub-klub papan tengah atau klub papan bawah bersedia buat nampung dia.

Kalo buat klub papan atas di Serie A, kayak AC Milan, Inter Milan, dan Napoli kayaknya belum terlalu butuh jasa Allegri, karena masing-masing pelatih mereka saat ini masih dianggap kasih kontribusi yang belum mengecewakan.

Mungkin, satu-satunya klub raksasa Italia yang bisa nampung Allegri dalam waktu dekat adalah AS Roma.

Klub Ibu Kota Italia itu sekarang ditangani oleh Paulo Fonseca yang saat ini bawa Roma menempati posisi keenam di klasemen sementara Serie A 2020-21 dengan torehan 50 poin dari 27 pertandingan.

Kalo musim depan Roma gagal masuk zona Eropa, entah itu Liga Europa atau Liga Champions, bukan gak mungkin Fonseca dipecat dan AS Roma bisa aja mempertimbangkan untuk mendatangkan Massimiliano Allegri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun