Di tengah gegap gempita penyelenggaraan Piala Dunia 2014 Brasil, sorotan masyarakat Indonesia dipertontokan dengan dua peristiwa yang sedang terjadi pada pertengahan Juli tahun 2014, yakni perdebatan mengenai siapakah calon presiden yang keluar sebagai pemenang serta konflik Israel dan Palestina.
Miris memang melihat fakta yang terjadi di atas, sebab kedua peristiwa tersebut terjadi ketika masyarakat Indonesia khususnya umat muslim sedang menjalani puasa di bulan suci Ramadhan. Hal ini cukup mengusik, sebab saat masyarakat ingin menyantap makanan sahur sambil menonton serunya pertandingan Piala Dunia, malah disuguhkan dengan tontonan berita saling klaim kemenangan antara calon presiden serta berita penyerangan Israel terhadap Palestina.
Tentu ada hal menarik untuk disimak dari kedua peristiwa di atas. Pemberitaan kedua peristiwa ternyata banyak memuat fakta pemberitaan yang patut dipertanyakan kebenarannya. Hal ini penting, mengingat pemberitaan yang tidak didukung oleh fakta dan tidak berimbang bisa merugikan masyarakat yang menyimaknya.Dimulai kasus Pilpres 2014, masyarakat disajikan pemberitaan mengenai hasil quick count dari berbagai lembaga survei, hasil perhitungan cepat oleh sejumlah lembaga survei yang ditampilkan di stasiun TV swasta Indonesia ternyata menampilkan hasil perhitungan yang berbeda. Ada beberapa TV swasta nasional yang menampilkan hasil quick count kemenangan Jokowi-JK, sebaliknya ada TV lainnya yang menampilkan hasil quick count kemenangan Prabowo-Hatta.
Pertanyaannya ialah mana yang benar? sebab hasil tersebut ternyata dapat menghadirkan polemik berkepanjangan antara elit politik kedua kubu yang bersaing, hingga benturan masyarakat pada akar rumput. Beruntung, di saat proses perhitungan manual KPU yang akan diumumkan pada 22 Juli 2014 sedang berjalan, polemik perbedaan hitung cepat ini pun juga secepat mungkin ingin diselesaikan oleh pihak yang berwenang.
(http://koran.tempo.co/konten/2014/07/11/346697/Lembaga-Survei-Terindikasi-Bohong)
Polemik hasil quick count memang harus diselesaikan, agar pemberitaan atas hasil quick count yang benar oleh berbagai lembaga survei bisa jadi indikasi awal yang baik untuk mengawal rekapitulasi manual suara hasil Pemilu. Sebab apabila hal ini dibiarkan maka bisa mencederai semangat demokrasi, serta barang tentu mengecewakan masyarakat yang sudah ikut terlibat aktif memeriahkan pesta demokrasi dengan cara berbondong-bondong pergi ke TPS untuk mencoblos.
Namun saat konsentrasi masyarakat sedang tertuju pada hasil quick count yang benar, serangan rudal Israel ke Palestina ternyata turut menyita perhatian publik di tanah air, tidak terkecuali media yang sebelumnya ikut sibuk memberitakan polemik Pilpres. Agenda pemberitaan media tiba-tiba berubah dari polemik perbedaan hasil perhitungan cepat mengarah pada serangan Israel ke Palestina.
Namun, seperti halnya orang ketinggalan kereta, media langsung menyoroti kondisi Palestina yang telah berjatuhan korban, dengan sedikit mengesampingkan penyebab mengapa disaat banyak semua mata tertuju pada Final Jerman vs Argentina, tiba-tiba saja terjadi serangan militer Israel di wilayah Gaza-Palestina. Serangan Israel ke wilayah Gaza apakah hanya sepihak, ataukah hal ini disebabkan oleh berbagai faktor. Patut diketahui bahwa konflik panas antara Israel dan Palestina sejauh ini hanya mengorbankan rakyat Sipil. Hal ini karena, Hamas sebagai organisasi militan selalu mengatasnamakan perlawanan rakyat Palestina untuk melawan pihak militer Israel. Penyelesaian perselisihan kedua kubu hanya selalu berujung sebatas gencatan senjata.
Mengingat masyarakat dunia hanya bisa menyimak peperangan ini melaui saluran pemberitaan, maka sudah sepatutnya media harus bijak menyikapi konflik ini dari berbagai sudut pandang pemberitaan. Sebab selama ini sebagaian besar pemberitaan menyoroti tindakan serangan pihak militer Israel ke Palestina, namun jika menilik dari sisi pemberitaan lain, Hamas sebagai organisasi militan Palestina ternyata sering kali mengintimidasi pihak Israel dengan meluncurkan serangan roket ke Israel. Seperti halnya pada kasus yang saat ini terjadi, tepat pada 9 Juli 2014, pihak Hamas menembakkan kurang lebih 100 roket menuju pusat-pusat populasi Israel. Pemberitaan ini dapat dilihat pada link berikut http://www.frontpagemag.com/2014/joseph-klein/the-palestinian-rocket-and-propaganda-offensive/) serta fakta mengenai foto penyerangan Hamas terlebih dahuluterhadap pihak Israel yang dapat dilihat pada link dibaawah ini:
http://www.reuters.com/news/pictures/slideshow?articleId=USRTR3Y6QB&slide=3#a=4
Oleh karena itu, masyarakat hendaknya tidak termakan oleh pemberitaan media yang kurang proporsional dan tidak objektif terhadap kedua belah pihak yang terlibat konflik. Sebab seperti halnya polemik hasil quick count, masyarakat hendaknya lebih aktif menggali dan menyaring informasi yang benar dan tidak termakan propaganda serta pemberitaan sepihak dari sejumlah media. Sebab kasus Pilpres dan konflik Palestina-Israel terus memunculkan indikasi adanya pemutarbalikkan fakta kebenaran pemberitaan yang selalu dapat merugikan masyarakat.
Catatan penting ialah masyarakat harus terus mengkritisi pemberitaan sejumlah media yang tidak cakap menjalankan fungsinya sebagai pilar ke empat demokrasi yang ikut mengawasi jalannya demokrasi. Media maupun pelaku media juga harus selalu tunduk pada kode etik serta prinsip nilai pemberitaan yang benar. Jika hal ini dapat dilaksanakan, maka kita semua bisa menyaksikan liukan messi, serta kolaborasi Muller dan Ozil tanpa harus disita perhatiannya dengan peristiwa perseteruan Pilpres serta konflik Israel-Palestina. Kita pun akhirnya bisa mengalihkan fokus secara penuh pada duel klasik antara Jerman dan Argentina pada Final world cup di Marracana Brasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H