Salah satu kritik terhadap Gereja dari beberapa teolog pembebasan adalah Gereja masih memperlakukan orang miskin sebagai obyek belas kasih.Â
Belum menjadikan mereka saudara atau bagian dari Gereja, sehingga kita membagi apa yang menurut kita baik. Bukan apa yang sangat dibutuhkan oleh orang miskin.Â
Maka tidak cukup pada masa puasa kita memusatkan diri pada perbuatan amal, tetapi perlu melihat bagaimana hubungan kita dengan orang miskin. Apakah mereka sudah diperlakukan sebagai bagian dari Gereja?Â
Apakah mereka dilibatkan dalam aktifitas Gereja? Apakah mereka sudah menjadi subyek yang perlu ditolong atau masih menjadi obyek belas kasih orang yang merasa mempunyai?