Menjelang Natal ada banyak orang Kristen sebagai ungkapan suka cita Natal melakukan bakti sosial. Ada berbagai cara yang mereka lakukan mulai dari membagi makanan, sembako sampai pengobatan. Tetapi apakah apa yang mereka katakan sebagai bakti sosial atau kepedulian pada sesama yang miskin dan menderita sudah seperti yang dilakukan oleh Yesus?Â
Segundo Galilea, seorang tokoh teologi pembebasan, berpendapat bahwa karya sosial yang dilakukan Yesus mempunyai 2 dimensi. Pertama, Allah yang menyelamatkan manusia. Artinya bahwa apa yang dilakukan oleh orang Kristen adalah karya Allah, seperti yang ditulis dalam Matius 5:16, "..supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di sorga." Tetapi yang terjadi orang melakukan karya sosial karena dia ingin berbagi. Tidak sampai membawa orang untuk bersyukur pada Tuhan.Â
Kedua, karya sosial adalah wujud rekonsiliasi atau pemulihan hubungan manusia yang telah rusak oleh dosa. Kemiskinan merupakan akibat adanya dosa sosial yaitu keserakahan, keegoisan, dan ketidak pedulian manusia terhadap sesama. Menurut Mahatma Gandhi, sebetulnya dunia ini cukup untuk semua manusia, tetapi akibat adanya manusia yang serakah maka ada orang kaya dan miskin. Karya sosial adalah usaha kita untuk mengembalikan hak sesama dan membangun kembali relasi kita yang rusak oleh dosa. Maka apakah dengan membagi nasi bungkus pada gelandangan saat Natal sudah merupakan usaha membangun relasi dengan sesama? Apakah sudah memanusiakan sesama?
Maka sebelum bagi-bagi bingkisan Natal, kita perlu bertanya apakah sudah memenuhi dua dimensi itu atau hanya sekedar berbagi? Bahkan lebih jahat lagi bila saat berbagi hanya untuk membuat konten untuk media sosial atau sekedar mencari pengakuan diri. Untuk itu kita perlu memikirkan kembali sebelum berbagi pada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H