Mohon tunggu...
Yohanesgainermarturano
Yohanesgainermarturano Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahawiswa

Saya senang untuk berbagi informasi dan pengentahuan kepada semua orang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Suku Dayak Pesaguan

15 September 2024   18:57 Diperbarui: 15 September 2024   19:03 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Dayak Pesaguan adalah sub-suku dayak yang mendiami kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia. Masyarakat Dayak Pesaguan adalah kelompok masyarakat asli yang mendiami wilayah pehuluan aliran Sungai Pesaguan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar). Kelompok ini tersebar di wilayah tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Tumbang Titi di bagian paling timur, Desa Lalang Panjang di bagian tengah, dan Kecamatan Sungai Melayu Rayak di bagian barat. Secara statistik, nama suku Pesaguan pertama kali muncul dalam sensus BPS tahun 2000, namun akhirnya dalam sensus tahun 2010 suku Pesaguan digabung ke dalam suku Dayak.

 Musim buah bagi masyarakat suku dayak pesaguan bukanlah hal yang biasa, apalagi jika musim buah sangat melimpah. Masyarakat mewujudkan syukur dengan melakukan rangkaian upacara adat. Senggayung merupakan tradisi adat dari daerah Kalimatan Barat terkhususnya di kabupaten Ketapang, tepatnya di desa Tumbang Titi. Ini merupakan salah satu bentuk ucapan syukur masyarakat setempat atas berhasilnya panen buah atau buah melimpah, mereka melakukan ucapan syukur dengan cara merayakan acara makan-makan serta mengadakan acara adat di tempat mereka yang akan memanen hasil atau biasa disebut dengan ladang atau kebun.

Gambar 2. Sumber Budaya Indonesia 2023
Gambar 2. Sumber Budaya Indonesia 2023

Rangkaian upacara adat buah dipimpin oleh seorang Belian(bolin) buah. Upacara adat buah dimulai dari memorum doun memangkah dohan pada saat kuntum mulai tumbuh.Usai upacara ini, masyarakat tidak boleh memanjat pohon durian dan mengambilnya malam hari. Seorang Belian buah tidak boleh memakan semua jenis buah sampai pada upacara nyabit buah atau ninjangan senggayung, kecuali pinang-sirih. Ketika bunga mulai kembang dilanjutkan dengan upacara merimbang bunga' (memelihara kembang).Kemudian pada saat kembang mulai jadi buah (biasanya berpatokan pada pohon durian) diadakan upacara adat menimang/memandian pansai. Upacara ini disertai dengan upacara ritual ma-alap senggayung (alat musik yang terbuat dari bambu).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun