Birokrasi atau hirarki;
Network (jaringan kerja) atau saling penyesuaian.
Sisi yang membedakan pasar ialah bahwa para partisipan mengkoordinasikan aktivitas mereka dengan saling mengikutsertakan dalam pertukaran hal-hal yang baik dan pelayanan-pelayanan dalam sistem harga. Aktivitas yang dikoordinasikan dalam suatu organisasi, baik sektor privat maupun sektor publik, memiliki perbedaan mekanisme. Dalam suatu birokrasi organisasi koordinasi terjadi melalui suatu rangkaian otoritas yang hirarkis, dalam mana atasan memerintah bawahan dan memberi bawahan sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan perintahnya. Metode lain dalam koordinasi yang digunakan dalam organisasi ialah saling menyesuaikan dalam suatu networking (jaringan kerja), dengan mana partisipan mengajak secara informal untuk pertukaran pelayanan, termasuk pertukaran informasi. Saling penyesuaian dapat terjadi baik dalam organisasi maupun antar organisasi. Perubahan urutan keempat sistem pembiayaan dan perlengkapan dibedakan dengan perbedaan kombinasi hirarkinya, pasar dan network. Model 1 merujuk pada hirarki dan model 4 pada koordinasi pasar. Ketiga mekanisme koordinasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kultur organisasi dan nilai-nilai, serta praktek-praktek individual. Privatisasi berarti penggunaan secara luas mekanisme pasar, namun biasanya desentralisasi sistem sekolah negeri. Delegasi anggaran bagi sekolah-sekolah untuk menentukan bagaimana penggunaannya dimaksudkan bahwa sekolah mengambil alih hal-hal yang baik dan pelayanan-pelayanan dari bermacam-macam suppliers dan tidak memiliki alokasi secara birokratis oleh otoritas pendidikan lokal atau kementerian pendidikan (Menteri Pendidikan).
Kriteria Evaluasi: Effisiensi dan Keadilan
EfisiensiÂ
Kriteria yang menarik tentang efisiensi ialah bahwa ia concern terhadap situasi dimana kebijakan-kebijakan khusus atau tata institusional akan menghasilkan manfaat bagi masyarakat. Maka, jika suatu cara khusus penggunaan sejumlah sumber daya yang diberikan dapat menghasilkan suatu nilai output yang lebih tinggi daripada cara lain, maka itu lebih efisien karena menghasilkan nilai bagi masyarakat. Efisiensi didefinisikan sebagai suatu permainan jumlah yang positif: selama hubungan kerjasama antara dua orang, dimana keduanya saling mengikutsertakan karena akan membuat mereka lebih baik, maka ekonomi mencapai efisiensi dalam keseimbangan. Sebab itu, penataan institusional yang efisien mendorong seluruh pertukaran potensi yang bermanfaat antara orang-orang yang terlibat. Manakala suatu ekonomi ada dalam keseimbangan yang efisien maka adalah mungkin membuat seseorang lebih baik tanpa membuat orang lain lebih buruk.
Efisiensi meliputi dua elemen (Levin, 1990; 1997). Pertama, efisiensi produktif (productive efficiency), yang merupakan relasi antara jumlah output yang diproduksi dengan harga atau biaya inputs yang digunakan untuk memproduksi output tersebut. Suatu metode produksi dengan biaya yang efisien menghasilkan sejumlah output dengan biaya yang kecil. Definisi yang ekuivalen dari efisiensi produktif ialah output pendidikan yang maksimum yang dicapai dengan menggunakan sejumlah sumber daya yang diberikan atau tersedia. Bila suatu sekolah kurang menghasilkan output yang sebenarnya mungkin, maka sekolah tersebut telah melakukan inefisiensi (tidak efisien), di mana terdapat perbedaan antara output yang aktual dengan output yang maksimum, dengan kata lain output aktual lebih kecil (rendah) dari output maksimum.
Dalam praktek, efisiensi produktif dalam suatu sekolah sulit diukur dan ditentukan karena sekolah-sekolah memproduksi bermacam-macam output, beberapa hal yang dapat ukur, seperti hasil ujian, dan yang lainnya yang dapat dinyatakan secara jelas, seperti halnya nilai-nilai dan sikap-sikap yang diinginkan secara sosial. Sekalipun kita membatasi efisiensi pada outputs yang dapat diukur, namun kita perlu mengetahui secara statistik pengaruh faktor-faktor dalam mana sekolah tidak dapat mempengaruhinya secara langsung (kecuali dengan menyeleksi siswa), seperti kemampuan siswa, motivasi, dan pencapaian sebelumnya. Problem lain dari efisiensi produktif ialah bahwa nilainya tergantung pada nilai yang melekat pada output yang digunakan dalam perbandingannya dengan input atau output dengan biaya (harga).
Elemen kedua dari efisiensi ialah efisiensi alokatif  (allocative efficiency) mengingat penilaian konsumen terhadap potensi, sarana dan pelayanan. Suatu sistem dapat dikatakan efisien secara alokatif jika, dengan memberikan dan mendistribusikan sejumlah sumber daya kepadanya, sistem itu dapat memproduksi suatu kombinasi hasil-hasil sarana dan nilai pelayanan yang dihargai lebih oleh konsumen. Bila dikontekstualisir ke lingkungan sekolah, efisiensi alokasi adalah mengenai memberikan perbedaan perlengkapan atau perangkat pendidikan kepada orang tua (misalnya kurikulum dan etos sekolah) dimana mereka dapat memilih, sehingga orang tua dapat memiliki pilihan jenis pendidikan bagi anak-anak mereka.
Cara lain untuk mendukung konsep efisiensi produktif ialah penggunaan konsep efektivitas. Suatu organisasi sungguh efektif bila mencapai sasaran-sasarannya secara maksimal. Jelaslah bahwa penilaian efektivitas tergantung pada pertimbangan nilai sebelumnya yakni tentang nilai sasaran-sasaran. Efektivitas adalah satu istilah yang secara luas digunakan dalam membuat pertimbangan atau keputusan-keputusan tentang sekolah-sekolah. Satu definisi yang populer tentang efektivitas berasal dari analisis pertambahan nilai. Suatu sekolah mencapai tingkat efektivitas yang tinggi bila kinerja siswanya pada ukuran pencapaian pendidikan tertentu melampaui prediksi pencapaian terendah.
Jika suatu organisasi efektif dan efisien, maka ia memberikan nilai uang. Meskipun efisiensi produktif maupun alokatif sulit diukur dan tidak dapat ditentukan tanpa membuat pertimbangan nilai mengenai nilai sosial output pendidikan, namun keduanya digunakan secara luas -- sering secara implisit -- oleh para ekonom. Perbedaan antara keduanya menunjukkan perbedaan-perbedaan penting dalam tekanan pada anjuran/sokongan (advokasi) kebijakan pendidikan. Kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan otonomi sekolah dimaksudkan untuk memperbaiki standar pendidikan seiring dengan sistem akuntabilitas eksternal yang kuat bagi fokus (pemusatan perhatian) sekolah pada efisiensi produktif. Kebijakan pertama-tama bertujuan untuk meningkatkan pilihan sekolah yang difokuskan kepada efisiensi alokatif. Sistem sekolah murni pasar akan meninggalkan konsumen untuk menetapkan standar sekolah bagi mereka sendiri dan dengan demikian akan dapat membedakan dalam hal perlengkapan untuk berjalan maju, tumbuh subur. Bagaimanapun, pemerintah sering tidak yakin konsumen memiliki pengetahuan, informasi dan dorongan yang cukup untuk memilih lembaga pendidikan secara bijaksana bagi anak-anak mereka, dan dengan demikian cukup yakin akan standar pendidikan yang tinggi.