Mohon tunggu...
Yohanes Bosco Otto
Yohanes Bosco Otto Mohon Tunggu... Lainnya - PNS Penyuluh Agama Katolik Kantor Kementerian Agama Kota Pangkalpinang Babel

Berbuatlah mulai dari hal kecil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyimpan Sabda Allah dalam Hati yang Tulus

25 Maret 2023   10:51 Diperbarui: 25 Maret 2023   12:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berbahagialah Orang yang Menyimpan Sabda Allah dalam Hati yang Baik dan Tulus Ikhlas" (Mat 13:18-23) dengan Sub Tema: "Tuhan Jadikanlah Aku Pendengar dan Pelaksana Sabda-Mu". Ini merupakan penegasan dan modal spiritual bagi semua umat yang mendengarkan dan melaksanakan. Jika direformulasi, maka akan menjadi "Berbahagialah yang mendengarkan dan menyimpan Sabda Allah dalam hatinya yang baik dan tulus, serta melaksanakannya."

Tema ini mengandung beberapa point penting. Pertama tritugas yang dituntut dari kita, yaitu mendengarkan, menyimpan dan melaksanakan dalam kesatuan. Kedua tritugas ini harus berorientasi pada satu titik/fokus utama yakni "SABDA atau FIRMAN ALLAH". Ketiga, subyek yang melaksanakan tugas ini, yaitu kita semua dituntut memiliki akalbudi, hatinurani dan perilaku yang baik dan tulus. Keempat, jika ketiga hal penting ini terpenuhi, maka subyek pelaksana tugas (Anda) memperoleh kebahagiaan (happiness).

Saudara-saudari yang berbahagia,

Tugas kita semua umat kristiani selama berproses dalam kehidupan ini mencakup kehidupan dalam keluarga, dalam lingkungan Pendidikan bagi yang sedang berproses menggumulinya, dan di masyarakat, tiga dimensi kehidupan, lokus aktivitas sebagai manusia di mana SABDA, FIRMAN ALLAH hendaknya didengarkan, dihayati dan diamalkan. Namun demikian dimulai dengan menyimpan dalam hati yang baik dan tulus. Sebagai umat kristiani pertama-tama kita membaca, mendengarkan, memahami, menghayati. Proses ini melibatkan mata, telinga, mulut, akalbudi sampai dengan hati nurani. Menyimpan Sabda Allah dalam hati yang baik dan tulis menjadi tahapan setelah menghayati. Untuk apa disimpan? Karena Sabda Allah yang sudah dibaca, didengarkan, dipahami dan dihayati itu menjadi kekayaan/asset yang setiap saat bermanfaat untuk berbagai kepentingan kehidupan.  Dengan perkataan lain bekal rohani untuk hidup dan berkarya. Bekal tersebut secara ringkas dan padat dituangkan dalam tema di atas dengan seluruh kandungan makna dan pesannya.

Bagi kita semua yang sedang dalam proses pendidikan, aktivitas mendengarkan, menyimpan atau dalam learning proses disebut mengingat dan menginternalisasi atau sejenisnya, sesuai tingkat capaian pembelajaran (ranah kognitif) merupakan level aktivitas yang terintegrasi dengan level awal, yaitu membaca, mendengarkan dan level berikutnya, yaitu bahwa semua yang didengarkan, diingat atau diinternalisasi itu diaktualisasikan atau dipraktekkan dalam hidup dan karya (ranah afektif dan psikomotoris). 

Pertanyaan, apakah rangkaian proses ini selesai setelah fase hidup dalam keluarga dan sekolah/pendidikan? Sekali-kali, tidak! Proses ini secara siklus akan berulang dan/atau berputar pada fase/tahap berikutnya, baik dalam masyarakat atau agama maupun nanti setelah kita berkeluarga. Karena, proses belajar, dalam hal ini belajar Sabda Allah yang merupakan salah satu dari dimensi pembelajaran manusia, menurut para ahli, akan berlangsung sepanjang hayat (long life education, long life process, endless process). Proses pembelajaran, proses ujian yang kita geluti di dalam tri lingkungan pendidikan akan mencapai pengayaan dan pematangannya dalam hidup dan karya kita setelah kita menjadi dewasa. So, never say "stop!" to learn. Dan sebagaimana tema di atas memberi makna bahwa apabila orang mendengarkan dan menyimpan SABDA ALLAH dalam hatinya yang baik dan tulus serta melaksanakannya akan "berbahagia", maka berbahagia pulalah kita yang sudah melaksanakan seluruh tahapan proses belajar dan akan melanjutkan proses itu dalam kehidupan dan karya kita sebagai anggota Gereja, Masyarakat, Bangsa dan Negara dengan bekal SABDA ALLAH tersebut.   

Sebagai penutup tulisan ini, saya menghimbau seluruh umat untuk: terus belajar, membaca, mendengarkan, memahami serta menghayati SABDA ALLAH secara kontekstual sesuai situasi zaman dan kearifan budaya; tingkatkan kepekaan kita terhadap misteri SABDA ALLAH yang disampaikan kepada kita, pelajari secara mendalam nilai-nilai yang terkandung dalam SABDA ALLAH dan share kepada semua orang sehingga SABDA ALLAH itu menjadi berkat bagi semua orang yang mendengarkan dan menyimpan serta melaksanakannya; jadilah pewarta iman, pelayan dan teladan bagi orang lain; bring solution not trouble; jadilah agen terdepan dalam upaya penyebarluasan SABDA ALLAH; Jadilah pendengar dan pelaksana SABDA ALLAH seperti Bunda Maria. Dan jadilah "berkat" bagi semua orang yang kita jumpai dan layani. Miliki integritas yang tinggi, yang mengalami kebahagiaan ketika semua SABDA ALLAH yang dilaksanakan merupakan integrasi yang harmonis antara yang dibaca, dipikirkan, dikatakan dan yang dibuat atau dilaksanakan. Seperti kata Mahatma Gandhi: "Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony."

Mari bersyukur, berbangga dan optimis. Kita semua adalah harapan  Gereja, Masyarakat, Bangsa dan Negara, saat ini dan nanti, di sini dan di mana pun kita hidup dan berkarya. GBU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun