Mohon tunggu...
Yohanes Ari Purnomo
Yohanes Ari Purnomo Mohon Tunggu... lainnya -

Berpikir besar, tanpa harus menjadi orang besar....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Muhammad dan Perjuangannya sebagai Sumber Ajaran Islam

24 Mei 2012   05:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut ini adalah penggalan pemikiran Ahmad Wahib yang tertulis dalam catatan hariannya yang dicetak oleh LP3ES dengan Judul Pergolakan Pemikiran Islam pada tahun 1981. Penggalan catatan ini ditulisnya  dengan judul:  Quran dan Hadist Alat Untuk Memahami Sejarah Muhammad dan bertanggal 17 April 1970.

Menurut saya sumber-sumber pokok untuk mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah Quran dan Hadist melainkan Sejarah Muhammad. Bunyi Quran dan Hadist adalah sebagian dari sumber Sejarah Muhammad yang berupa kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri. Sumber sejarah yang lain dari Sejarah Muhammad ialah: struktur masyarakat waktu itu, kebudayaannya, struktur ekonominya, pola pemerintahannya, hubungan luarnegerinya, adat istiadatnya, iklimnya, pribadi Muhammad, pribadi sahabat-sahabatnya, dan lain-lainnya.

Dengan mengoreksi yang lama dan perumusan kembali bahwa sumber ajaran Islam itu adalah Sejarah Nabi, maka apa yang hilang selama ini yaitu “historical and social setting” dari kedua sumber di atas (Quran dan Hadist) bisa kita temukan kembali. Dengan menempatkan Sejarah Nabi sebagai sumber, maka Quran dan Hadist (“ajaran Islam”) tidak lagi diajarkan sebagai rumus-rumus abstrak yang harus dilakukan karena kemurniannya, melainkan diajarkan dalam kerangka “the whole historical and social setting” waktu itu. Yang tampak bukan lagi formula-formula mati tetapi citra yang jelas tentang kehidupan Muhammad dan ajarannya yang disiarkannya. Yang paling utama bukan lagi kalimat-kalimat Quran dan Hadist, melainkan Sejarah Kehidupan Muhammad, di mana kalimat-kalimat Quran dan Hadist itu adalah sebagian dari alat-alat utama untuk memahaminya. Nah, koreksi ini menghindarkan kita dari formalis-formalis, karena tugas kita yang utama pindah pada persoalan bagaimana kita membawakan (mentransfer) ide yang sebenarnya dari Muhammad (berasal dari Allah) dalam kondisi yang berlain-lain. Yang harus kita lakukan dalam mentransfer ini, sesudah dilakukan ideation, yaitu proses transformasi. Bagaimana proses transformasi ini dilaksanakan? Ini memerlukan banyak ilmu seperti sosiologi dan lain-lain. Makin kompleks suatu masyarakat, makin sukar pelaksanaan proses transformasi ini dan karenanya makin terasa perlunya bantuan dari ilmu-ilmu di atas untuk menemukan “ adequate reinterpretation of normative image”.

Saya kira dengan meletakkan Sejarah Muhammad dan perjuangannya sebagai sumber ajaran Islam, maka terlibatlah manusia muslim dalam tugas historical direction untuk mengisap dari Sejarah Muhammad itu sumber terang bagi masa kini. Dalam tugas ini sebaik-baiknya dan memahami tugas historical direction ini sebagai panggilan dan sekaligus kedatangan Tuhan pada diri kita (direct communication with God) bisa memahami Wahyu Allah yang komplit yaitu bahwasanya: Wahyu  Allah telah turun juga pada diri kita di samping wahyu terbesar berupa Al- Quran pada Muhammad.

Dari tulisan ini, saya jadi berandai-andai, seandainya Nabi Muhammad SAW masih hidup, bagaimanakah kira-kira tanggapan beliau sehubungan dengan situasi  Umat Islam di Indonesia saat ini berkaitan dengan peristiwa terorisme yang terkait dengan Islam, munculnya Front Pembela Islam (FPI) dan juga dengan Pemikiran Ahmad Wahib tentang Islam dalam buku hariannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun