Mohon tunggu...
Yohanes Demo Tri Anggara
Yohanes Demo Tri Anggara Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Pengagum Stoikisme.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cara-cara Paling Sederhana Meredam Emosi

8 Januari 2023   09:59 Diperbarui: 8 Januari 2023   10:07 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabarmu hari ini? Sudah siap memulai hari yang penuh kejutan?

Setiap hari adalah kejutan bagi saya. Saya tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi sejam, sepuluh menit, semenit, bahkan sedetik kemudian. Bisa jadi segelas teh yang baru saja saya buat di pagi hari ini tumpah membasahi lantai dapur karena tersandung, atau terkejut karena saking panasnya gelas yang saya pegang.

Belum lagi sempat saya seruput teh manis itu. Eh, sudah habis tak tersisa. Hal-hal kecil semacam ini tentu akan membuat saya jadi nggak mood menjalani sisa waktu di hari Minggu yang masih panjang ini. Tak jarang kemarahan kecil ini menjadi bahan bakar untuk kemarahan saya selanjutnya.

Tetapi apakah harus saya membawa kemarahan itu sepanjang hari? Tidak kah ada pilihan lain selain memperpanjang masalah kecil tadi? Semua tergantung pilihan dan cara apa yang akan kita tempuh untuk meredam atau menghilangkan seluruh energi negatif tadi.

Ya, agar tidak berlarut-larut, saya harus segera menyadari bahwa apa yang sudah atau sedang terjadi kepada saya ini, sebetulnya sudah menjadi takdir saya. Takdir yang harus saya terima baik dan buruknya. Semua kesialan tadi adalah sebab akibat dari ketidakhati-hatian saya saat melangkahkan kaki. Andaikan saja saya lebih pelan dan memperhatikan langkah kaki saya, tentu saya tidak akan tersandung lantai rumah bagian dapur yang memiliki bagian lebih rendah dari lantai ruang makan.

Semua kesialan yang terjadi tadi tidak datang secara tiba-tiba. Ujug-ujug saya menjatuhkan gelas berisi teh hangat. Tetapi memang ada penyebabnya. Menyadari semua peristiwa kesialan yang sudah dan belum terjadi memiliki alasan penyebabnya yang datang dari diri kita sendiri adalah cara paling sederhana yang bisa kita lakukan dalam waktu sangat singkat. Sama seperti emosi yang bisa datang kapanpun dengan sangat cepat, menyadari sebab akibat seharusnya juga bisa datang secepat kecepatan cahaya.

Apakah cukup hanya dengan menyadari? Tentu tidak. Hanya dengan menyadari saja, belum cukup untuk meredam emosi yang nyaris memuncak hingga ujung kepala. Setelah menyadari apa penyebab kesialan saya tadi, saya harus sesegera mungkin melakukan kendali atas pikiran saya. Dari buku yang pernah saya baca, Filosofi Teras. 

Ada sebuah kutipan dari seorang filsuf stoa Marcus Aurelius yang mengatakan bahwa "ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak berada di bawah kendali (tidak tergantung pada kita)."

Setiap tindakan yang akan saya lakukan setelahnya adalah yang bisa saya kendalikan. Apakah saya akan langsung mengambil kain pel dan membersihkan lantai dari genangan teh, atau justru mengeluarkan umpatan-umpatan kasar atas apa yang sudah terjadi.

Kita harus menyepakati, bahwa ada hal-hal di dalam hidup yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak. Hal-hal yang berada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat. Tentu, emosi selalu datang dari pikiran kita yang bisa dikendalikan. Hanya diri kita yang dapat mengendalikan pikiran, bukan orang lain.

"Kamu memiliki kendali atas pikiranmu. Bukan kejadian-kejadian di luar sana. Sadari ini, dan kamu akan menemukan kekuatan." Marcus Aurelius (Meditations).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun