Indonesia adalah sebuah Negara yang berkembang dibagian Asia Tenggar. Namun dibalik semua itu, mengapa Indonesia terasa tertinggal jauh dibelakang? Padahal Negara-negara tetangga seperti Singapura, telah bergerak jauh di depan. Banyak hal yang masih menjadi PR bagi bangsa Indonesia. Yang “katanya” bangsa Indonesia itu ramah, tapi nyatanya mengapa masih banyak tidak kejahatan yang terjadi di Indonesia? “katanya" Indonesia itu menjunjung Pancasila di atas segalanya, namun mengapa masih banyak kasus tejadinya kotak-kotak perbedaan dimasyarakat? Ada yang berbeda agama, ada yang berbeda ras, ada yang berbeda etnis, dan ada pula yang berbeda sukunya.
Tak sadar kita terbagi menjadi kotak-kotak dalam masyarakat. Sikap saling toleransi yang kita dapat saat SD terasa sebagai angin lalu semata. Bagaimana tidak, kita sering melihat banyak sekali persengketaan karena adanya perbedaan. Hal yang terbaru adalah presiden Amerika Serikat Donald Trum mengenai larangan masuknya Islam ke Amerika Serkat. Ya, mungkin hal ini karena ketakutan kepada serangan teroris, namun apakah hal ini patut? Walaupun sekarang larangan itu telah dihapus, namun masih banyak pertanyaan yang timbul.
Contoh lainnya, politik Apartheid di Afrika Selatan tentang perbedaan warna kulit, ada pula di Indonesia hal yang serupa, seperti Insiden pembakaran Masjid Baitul Muttaqin di Kabupaten Tolikara, Papua tanggal 17 Juli 2015, atau insiden dibakarnya dua bangunan gereja di desa Sukamakmur, kecamatan Gunung Meriah, kabupaten Aceh Singkil, Aceh 11.30 WIB, Selasa (13/10). Mungkin tidak semua masyarakat setuju dengan hal-hal semacam ini, karena masih banyak pula orang yang sadar akan pentingnya sikap saling toleransi antar umat beragama dan antar masyarakat.
Jika diibaratkan sebagai sebuah keluarga. Indonesia adalah orang tua yang merawat anak-anaknya. Sebagai orang tua yang baik, Indonesia telah memberikan banyak kontribusi dan bantuan untuk membawa anak-anaknya menjadi orang berkharakter yang berguna bagi nusa dan bangsa. Mulai dari subsidi, bantuan pendidikan, pembangunan infrastruktur, memperlancar transportasi ke seluruh negri dan masih banyak lagi. Namun kenapa rasanya Indonesia masih kurang berkembang. Uang yang digunakan untuk membersihkan sungai dari sampah serasa tidak berguna jika masih ada masyarakat yang membuang sampah disungai.
Pada akhirnya, laut menjadi korban, hewan dan tumbuhan mati, lalu kita makan apa? Ada pemikiran, “tidak usah dipikir alam itu, nanti toh alam juga bisa mengurus dirinya sendiri”. Sebuah kata-kata yang cukup mengherankan bagi yang mendengarkannya, di mana kita sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang seharusnya merawat alam, justru tidak peduli kepada lingkungan. Mungkin salah satu sikap yang membuat Indonesia sulit berkembang. Jangankan membuang sampah di sungai, bahkan ada pula yang tidak malu membuang sampah dari mobil angkot, taxi, atau bahkan mobil pribadi. Ini adalah sebuah hal yang sangat sulit diperbaiki, bagaimana mungkin kita membentuk kepribadian kharakter pada anak-anak kita apabila orang yang lebih dewasa justru memberi contoh yang tidak baik.
Kita ingat, Indonesia adalah Negara yang kaya, tidak hanya kaya akan keindahan alamnya, namun juga kaya akan budaya, agama,suku, ras, dan etnis. Dalam SP2010 oleh BPS(Badan Pusat Statistik) tersedia 1331 kategori suku di Indonesia.1331 suku yang dimiliki Indonesia ini adalah sebuah kekayaan yang harus kita banggakan dan buka justru dijadikan alasan untuk terkotak-kotak. Semboya “Bhineka Tunggal Ika” yang ada adalah sebuah harapan bangsa Indonesia bagi terciptanya kebergaman yang kaya dan teratur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H