Pada suatu pagi upacara kemerdekaan, seorang murid memberikan alasan yang tidak terduga saat terlambat, membuat suasana upacara menjadi riuh dengan tawa
Pada pagi hari saat upacara Hari Kemerdekaan, semua murid sudah berbaris rapi di lapangan sekolah. Suasana khidmat menyelimuti, dengan bendera Merah Putih yang siap dikibarkan. Namun, tiba-tiba seorang murid, Budi, terlihat berlari tergesa-gesa menuju barisan, jelas ia datang terlambat.
Ketika ia tiba, Pak Rahmat, guru yang memimpin upacara, langsung menghentikan langkahnya. "Budi, kenapa kamu terlambat di hari penting seperti ini?" tanya Pak Rahmat dengan nada serius.
Budi, yang masih terengah-engah karena berlari, mencoba memberikan alasan, "Maaf, Pak. Tadi saya berhenti sejenak di jalan."
Pak Rahmat mengernyitkan dahi, merasa heran. "Berhenti? Untuk apa, Budi?"
Budi menjawab dengan penuh kesungguhan, "Saya melihat bendera Merah Putih di depan rumah orang, Pak. Jadi saya berhenti sebentar untuk hormat!"
Semua murid dan guru yang mendengarnya menjadi terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Budi.
Setelah beberapa detik, Pak Rahmat akhirnya tak bisa menahan senyum dan berkata, "Hormat pada bendera itu memang wajib, Budi. Tapi kamu juga harus menghormati waktu dan datang tepat waktu."
Murid-murid lainnya mulai tersenyum dan tertawa kecil, menyadari bahwa Budi telah mencoba membuat alasan yang unik untuk keterlambatannya.
Pak Rahmat akhirnya berkata, "Baiklah, Budi. Lain kali, pastikan kamu berangkat lebih awal supaya bisa hormat bendera di sini bersama-sama. Sekarang, cepat bergabung ke barisan."
Budi mengangguk dengan malu-malu, lalu bergabung dengan teman-temannya. Sepanjang upacara, cerita tentang hormat bendera di jalan itu terus menjadi bahan canda di antara para murid.