Mohon tunggu...
YOHANES IGO KELEN
YOHANES IGO KELEN Mohon Tunggu... Human Resources - Aktivis

Lahir dan besar di Larantuka, Flores, NTT. Kini bekerja di Yayasan Alfons Suwada, Keuskupan Agats menangani kusta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Virus Corona dan Solidaritas Semesta

13 November 2020   18:02 Diperbarui: 13 November 2020   18:10 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perahu di kali Asuwets, Asmat. Dokpri.

Seorang sahabat mengungkapkan perasaannya saat menyaksikan anggota keluarganya di ruangan isolasi karena positip terpapar virus Corona.

"Kami berada dalam suasana cemas, gelisa dan penuh  haru. Perjumpaan kami  kala  itu bagaikan di ambang batas  kehidupan".

Pandemi virus  Corona (Covid-19) menjadi bencana dunia yang paling  besar abad ini. Nyawa ribuan penduduk dunia telah direnggutnya dan meninggalkan rasa cemas dan gelisa bagi manusia yang lain. Kegelisahan  karena  takut terpapar virus menjadikan manusia bagaikan berada diambang garis batas kehidupan  dan sedang menghitung  detik-detik kematiannya.

Lock down adalah  sebuah langkah yang dianggab strategis  untuk memutuskan mata rantai penyebaran  virus. Namun apa yang terjadi  setelah keputusan untuk lock down? Sebuah ancaman baru terhadap kehidupan manusia. Jutaan masyarakat dunia mengeluh  karena kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Roda pembangunan di setiap  sector menjadi lumpuh  dan industry penyedia kebutuhan pokok pun mandek. Perekonomi masyarakat merosot drastis.   

CORONA telah melahirkan sejumlah  'anak kembar' persoalan yang sungguh menggoncangkan dunia. Corona telah menjadi sebuah senjata pembunuh berdarah dingin  yang paling  sadis dan tragis abad ini.

Sampai detik ini BNPB masih mencatat data  pekembangan pasien  yang terpapar virus cenderung naik. Entah sampai kapan virus ini  akan berakhir dan kegelisahan ini  akan  berangsur pulih?  

Sebuah pertanyaan yang masih sulit dicari jawabannya dengan berbagai spekulasi  dan  rekayasa hipotesa ilmiah.

Di tengah  rasa cemas ini, pemerintah telah mengambil  sebuah kebijakan untuk  membuka kembali  akses ke ruang  public (pemberlakuan New Normal). Para pemimpin tentu mempunyai pertimbangan yang matang dan akurat  dengan berbagai kendala dan konsekwensi yang akan dihadapi.

Dan disinyalir  bahwa public merasa  legah untuk  menyambut  new normal dengan penuh suka cita, seolah-olah telah bebas  dari   belenggu yang memasungnya.

Namun  perluh di ingat  bahwa pemberlakuan  new normal  membuka dua alternatip kemungkinan terhadap ancaman  pandemic covid-19. Di satu sisi semakin  meningkatnya  jumlah korban yang terpapar virus dan di pihak lain menurunnya jumlah korban karena kesadaran manusia untuk menjalankan  kebijakan protocol kesehatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun