Mohon tunggu...
Yohanes Reinhard
Yohanes Reinhard Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Anak ketiga dari tiga bersaudara, Sekarang kuliah di UPN Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Proyek Pariwisata Pulau Rinca dan Dampaknya bagi Habitat Komodo

18 November 2020   17:32 Diperbarui: 18 November 2020   17:41 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Warga penghuni Taman Nasional Komodo kembali resah. Setelah sebelumnya Pulau Komodo hendak ditutup dengan alasan untuk memulihkan kembali ekosistem di pulau tersebut, kini Pulau Rinca yang juga merupakan habitat hewan komodo ditutup sementara untuk melaksanakan proyek geopark di Pulau Rinca. Proyek ini dicetuskan oleh Presiden Joko Widodo. Beliau menilai bahwa proyek ini penting dilakukan sebagai upaya untuk menata kawasan dan membangun fasilitas-fasilitas pendukung untuk membuatnya menjadi kawasan pariwisata yang unggul dan berkualitas.

Proyek ini dikerjakan sejalan dengan rencana menjadikan Pulau Komodo sebagai kawasan konservasi satwa komodo yang akan diberikan penjagaan dan perawatan yang ketat agar dapat mengembalikan ekosistem yang baik bagi komodo. Sementara itu, Pulau Rinca direncanakan akan menjadi kawasan wisata yang premium yang lebih berfokus pada pengembangan sarana dan fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan pariwisata unggul. Disebutkan juga bahwa proyek ini dilakukan untuk menata bangunan-bangunan yang tersebar secara tidak rapi. 

Geopark ini sendiri dibuat karena wisatawan yang datang baik lokal, maupun mancanegara jumlahnya  mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Maka, untuk mengantisipasi adanya kemungkinan habitat komodo akan rusak, Presiden Joko Widodo berinisiatif untuk menata Pulau Rinca supaya meningkatkan kualitas kepariwisataan dan juga meningkatkan keamanan bagi satwa komodo dan turis yang datang berkunjung.

Nantinya, akan dibangun penginapan khusus peneliti dan pemandu wisata (ranger), selfie spot, kantor pengelola kawasan, pusat informasi, tempat suvenir, dan toilet publik. Untuk wisatawan sendiri akan dibuat trek yang dibuat melayang di atas tanah komodo bergerak, agar tidak mengganggu mobilitas komodo. Untuk melihat aktivitas komodo, nantinya akan dibangun sebuah pusat khusus bagi wisatawan yang memperlihatkan aktivitas komodo di pula u tersebut. Direncanakan di pusat khusus tersebut akan diisi sekitar tujuh puluh komodo dan sisanya akan ditaruh di tenmpat yang jauh dari interaksi manusia sehingga tidak mengganggu habitat komodo.

Proyek geopark ini mendapatkan respon penolakan dari masyarakat. Masyarakat menilai proyek ini akan mengancam kelangsungan hidup komodo. Proyek ini dirasa akan berdampak tidak hanya bagi komodo, tetapi juga untuk lingkungan atau habitat spesies binatang purba tersebut. Banyak warga menilai bahwa proyek ini akan mengganggu ketenangan dari komodo karena sifat komodo yang soliter, soliter sendiri berarti hidup menyendiri jauh dari dari keramaian. Komodo hanya aktif ketika saatnya kawin datang.

Dengan dilakukan pembangunan tersebut, jelas netizen memberikan opini mereka mengenai kehidupan komodo yang terusik oleh kedatangan berbagai macam alat berat yang datang ke wilayahnya. Selain itu, hal lain yang ditakutkan adalah ketika nantinya ketika komodo-komodo ini merasa sangat terusik, mereka akan pergi meninggalkan habitatnya dan akan semakin sulit untuk memantau kehidupan satwa tersebut.

Masyarakat juga mengkhawatirkan dampak yang diberikan dari pekerjaan proyek tersebut bagi habitat lingkungan komodo. Menurut masyarakat dimana ada pekerjaan proyekc  pasti terjadi polusi yang merugikan. Alasan ini membuat masyarakat berbondong-bondong mengungkapkan penolakan mereka, mulai dari komentar-komentar di media sosial hingga pembuatan petisi menolak pembangunan proyek geopark. Meski yang mencetuskan proyek ini adalah presiden, masyarakat khawatir jika nantinya proses pembangunan infratruktur akan mengubah lingkungan habitat komodo. Pembangunan infrastruktur juga ditakutkan akan mencemari keberadaan air tanah dengan limbah yang dihasilkan dari proses pembangunan. Sumber air di Pulau Rinca sangat penting bagi komodo untuk bertahan hidup.

Dampak yang dihasilkan juga bisa berakibat luas jika kita melihat dari sisi geografis Pulau rinca yang dikelilingi laut. Jika sampai terjadi pencemaran, limbah tersebut dapat membahayakan biota laut di sekitar. Bukan hanya air laut saja yang dapat tercemar, dijelaskan juga bahwa pencemaran dapat menimbulkan masalah bagi warga setempat jika sampai sumber air bersih di pulau tersebut tercemar. Perlu diingat juga bahwa krisis air bersih masih melanda kawasan ini. Masyarakat yang peduli lingkungan meminta agar pemerintah lebih memperhatikan dampak yang akan terjadi di Pulau Rinca.

Karena Pulau Rinca masuk sebagai KSPN (Kawasan Strategis Pariswisata Nasional), warga juga khawatir akan kehilangan mata pencaharian. Selain itu, dampak yang paling ditakuti akan terjadi adalah konflik yang muncul akibat krisis sumber daya lahan dan perebutan sumber daya air yang dapat merugikan masyarakat. Masarakat setempat juga menganggap jika proyek ini akan menciptakan privatisasi kawasan yang membuat masyarakat akan sulit untuk mengakses kawasan tempat tinggal komodo.

Seluruh warga Indonesia, khususnya yang peduli terhadap komodo mengharapkan agar pemerintah bisa mengkaji kembali dampak-dampak yang dihasilkan dari pembangunan proyek ini. Seharusnya, pemerintah dapat mendiskusikan rencana proyek ini dengan tokoh-tokoh setempat, aktivis-aktivis, dan elemen lainnya mengenai proyek Geopark Pulau Rinca sehingga tidak muncul respon-respon negative yang dapat menodai kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. Komodo merupakan satwa liar asli dari Indonesia dan hanya ada Indonesia. Sudah jadi kewajiban kita sebagai manusia untuk terus menjaga dan melestarikan satwa endemik ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun