Mohon tunggu...
Yohanes Djanur
Yohanes Djanur Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Penulis Lepas. Menyukai sastra dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa dan Budaya Menulis

17 Maret 2020   16:12 Diperbarui: 19 Maret 2020   08:24 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi penulis terkenal dan profesional tentu merupakan dambaan bagi setiap orang yang mempunyai bakat menulis.

Bakat menulis seseorang timbul karena faktor genetik ataupun terkadang timbul dari lingkungan, tempat di mana seseorang itu tumbuh.

Fakor genetik yang maksud adalah sesorang mempunyai bakat menulis karena bapak/ ibunya dulu adalah seorang penulis. Sehingga bakat itu menular dari orang tua ke anak.

Fakor lingkungan juga merupakan faktor dominan bagaimana seseorang mengembangkan bakatnya sebagai penulis.

Misalnya seseorang yang semasa kecilnya tidak pandai dalam menulis, tetapi begitu dewasa, ia menjadi penulis profesional karena ia bergaul dengan kawanan penulis profesional semasa mudanya.

Menjadi seorang penulis bukan semata-mata karena bakat lahiriah (genetik) atau karena fakor lingkungan. Melainkan lebih dari itu adalah kemauan untuk menulis dan membuat tulisan. Kemauan untuk berani menuangkan ide-ide dan gagasan lewat menulis.

Kemauan dan niat itulah yang secara berlahan membentuk sebuah habitus atau kebiasaan menulis dan berangkat dari kebiasaan itu timbulah budaya menulis.

Dalam konteks budaya menulis inilah, seseorang telah mengaggap kegiatan menulis merupakan sesuatu yang telah melekat, sudah menjadi kebiasaan dan wajid dilaksanakan.

Kehidupan mahasiswa pada dasarnya tidak pernah lepas dari kegiatan menulis, entah menulis catatan materi kuliah, buku harian, puisi, cerpen, makalah, artikel dan opini yang khusus di muat majalah ilmiah kampus, bahkan di media cetak, seperti surat kabar, koran atau media online.

Sejenak menengok realitas kehidupan di kampus, nyatanya budaya menulis akhir-akhir ini tergerus oleh mentalitas para mahasiswa yang hanya mementingkan aktifitas hiburan yang tidak berbobot.

Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan informasi telah melahirkan perangkat-prangkat teknologi smart seperti handphone, Iphone, tablet, nyatanya memudahkan para mahasiswa menikmati berbagai aplikasi hiburan seperti permainan online, mobile legend yang begitu diminanti oleh kalangan mahasiswa.

Kecanduan dan ketergantungan mahasiswa dalam aplikasi media sosial seperti facebook dan instagram, juga merupakan salah satu tantangan dan hambatan dalam mengembangkan budaya menulis bagi mahasiswa di lingkungan kampus.

Realitas seperti ini tentu sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, budaya menulis sebagai salah satu sarana dan elemen utama peningkatan dan  pengembangan aspek akademik mahasiswa, cendrung diabaikan.

Bentuk pengabaian itu dapat dilihat dari mentalitas mahasiswa yang jarang terlibat aktif dalam berbagai kegiatan menulis kampus.

Buktinya masih banyak ruang di majalah dinding kampus yang lowong karena tidak adanya kontribusi tulisan dari para mahasiswa. Atau tulisan-tulisan belasan tahun lamanya masih saja tertempel-kusam memenuhi majalah dinding kampus, dan belum tergantikan oleh para mahasiswa.

Selain itu, ketidakkreatifan mahasiswa dalam dunia menulis kampus merupakan salah satu penghambat pertumbuhan budaya menulis di lingkungan kampus.

Kreatifitas menulis bisa ditumbuh-kembangkan melalui aktifitas menulis melalui majalah ilmiah kampus, mading kampus, dan sederetan sarana menulis lainnya.

Selain di lingkungan kampus, para mahasiswa juga dapat mengembangkan bakat dan minat menulis di berbagai media sosial, seperti media surat kabar dan media online.

Kegitan menulis tentu saja merupakan salah kegiatan aktif manusia. Dalam tataran ini, budaya menulis seharusnya dijadikan sebagai kegiatan utama bagi mahasiswa, yang kesehariannya bergelut dengan dunia kognitif ( kerja otak).

Maka dari itu, budaya menulis sebaiknya sedini mungkin dikembangkan oleh para mahasiswa.

Usaha untuk mengembangkan budaya menulis, pertama-tama harus ada kemuan dan niat untuk menulis. Entah menulis apa saja; catatan harian, puisi, cerpen, artikel, opini dan sederetan bentuk kegiatan menulis lainnya.

Ketika niat dan kemauan menulis itu timbul, berlahan dan pasti hal itu akan menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi sebuah budaya.

Sebab dalam budaya menulis, seseorang telah jatuh cinta dan berlaku secara kontinue terhadap kegiatan menulis.

Mahasiswa harus mampu menjadikan menulis sebagai suatu kerangka budaya. Hal ini wajib diimplementasikan, sebab mahasiswa merupakan pelaku sekaligus tokoh dalam meningkatkan kecerdasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun