Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sikap-sikap Beragama Yang Berbahaya

30 Januari 2025   15:50 Diperbarui: 30 Januari 2025   15:50 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: iStock

Ia juga lebih mengharapkan kedamaian batin daripada pemuasan intelektual. Tidak penting baginya memahami ajaran-ajaran agama. Yang paling penting ada rasa damai di hati. Ia menentang berbagai pertanyaan yang berseliweran di pikiran karena hanya mengganggu kedamaian batinnya.

Ia lebih nyaman berada sendirian daripada berkegiatan bersama orang lain. Ia anti sosial. Ia suka keheningan untuk kepuasan dirinya sendiri, bukan untuk mentransformasi kehidupan bersama dengan yang lain.

Ketiga, rasionalisme. Orang yang berpegang pada rasionalisme sulit percaya pada kebenaran tanpa penalaran atau argumen yang kuat. Baginya, beriman harus bisa dijelaskan secara nalar. JIka ada ajaran yang tidak sanggup dinalarnya berarti ajaran itu tidak patut ia terima.

Ia berusaha menguasai semua ajaran agamanya. Ukuran beragama baginya adalah pemahaman yang mendalam dan lengkap tentang ajaran agama. Ia sangat haus untuk mengerti kebenaran iman secara intelektual. Ia hanya didorong untuk memahami kebenaran secara intelektual, bukan aktual.

Keempat, aktivisme. Cukup berlawanan dengan quietisme dan ritualisme, aktivisme tampak pada orang yang sangat banyak berkegiatan tetapi lupa berdoa. Ia tidak bisa tenang dan membenci keheningan. Ia merasa tidak penting berdoa dan berdiam diri. Itu hanya membuang-buang waktu menurutnya.

Ia lebih memilih terlibat dalam aksi nyata perdamaian, keadilan, kesejahteraan, daripada berteori atau berpikir tentang hal-hal itu. Ia sibuk melakukan aksi nyata, tapi tidak melakukan evaluasi dan refleksi atas karyanya. Akhirnya ia kerap merasa kehabisan energi dan kurang pemulihan.

Sikap-sikap di atas menurut Sudrijanta merupakan jebakan halus yang sebenarnya hanya demi memuaskan ego dalam diri, bukan demi kebaikan bersama dalam kehidupan ini. Ego itu sulit ditangkap karena selalu berlindung di balik pemuliaan tradisi dan tulisan suci sebuah agama.

Jika Anda dan saya beragama, mari kita menyadari jebakan-jebakan itu agar kita luput dari bahayanya. Beragama bukan saja untuk kepuasan diri sendiri, tetapi agar kita bisa serupa dengan karya seni. Sebagaimana kata Haryatmoko: "jadilah orang beragama seperti sebuah karya seni, yang bisa dinikmati oleh semua orang"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun